Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank CIMB Niaga Tbk pada tahun 2017 mencatat pertumbuhan kredit yang cukup rendah yakni hanya sebesar 2,8% secara tahunan atau year on year (yoy).
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan pun mengakui rendahnya penyaluran kredit tersebut sudah terjadi dalam dua tahun terakhir atau sejak 2016.
Kendati demikian, meski rendah CIMB Niaga tetap mendorong intermediasi perbankan. Pun, Tigor menyebut, rendahnya kredit juga disebabkan banyaknya debitur yang mencari pendanaan lewat pasar uang atau obligasi.
"Kami tetap tumbuh (kredit), tapi secara keseluruhan banyak nasabah masuk ke bonds market, itu pun bagus. Kalau itu bagus buat nasabah untuk dapat alternatif pendanaan kenapa tidak," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/3).
Bank yang terafiliasi dengan grup CIMB ini pun tetap fokus mendorong pertumbuhan kredit yakni ke segmen UKM, konsumer antara lain kredit pemilikan rumah (KPR) dan korporasi termasuk pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah.
Sebagai gambaran saja, berdasarkan presentasi perusahaan per akhir 2017, CIMB Niaga mencatatkan kredit segmen konsumer tumbuh 6,7% menjadi Rp 49,6 triliun. Meski begitu, dari sisi KPR pertumbuhannya cukup signifikan mencapai 12% dengan total outstanding sebesar Rp 27 triliun.
Perlambatan penyaluran kredit segmen konsumer salah satunya terjadi akibat menurunnya kredit kendaraan bermotor sebanyak 41,1% dari Rp 14,81 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 8,72 triliun pada akhir tahun lalu.
Sementara untuk segmen lain seperti UKM, komersial dan korporasi juga tumbuh satu digit masing-masing 4,3%, 6,9% dan 7,7% di akhir tahun lalu. "Kami tetap fokus kredit ke UKM, KPR, korporasi dan infrastruktur pemerintah," imbuh Tigor.
Pun, meski kredit tumbuh tipis CIMB Niaga berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih cukup tinggi mencapai 43% menjadi Rp 2,97 triliun dibanding periode tahun sebelumnya Rp 2,08 triliun.
Pertumbuhan laba didorong dari kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 2,6% menjadi Rp 12,4 triliun dan pendapatan non bunga yang tumbuh dua digit 18,8% menjadi Rp 3,35 triliun.
Biaya pencadangan atau provisi juga diturunkan signifikan sebanyak 18% akhir tahun lalu menjadi Rp 4,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 4,97 triliun. "Tahun ini mudah-mudahan (laba) bisa lebih tinggi dari kemarin (2017)," ungkap Tigor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News