Reporter: Roy Franedya | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Baiknya kondisi perekonomian Indonesia membawa berkah bagi Bank CIMB Niaga. Bank milik investor Malaysia ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,13 triliun atau tumbuh 62% ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 696 miliar.
Direktur Utama Bank CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan peningkatan laba bersih CIMB Niaga disebabkan giatnya CIMB Niaga dalam menjalankan fungsi intermediasinya dalam menyalurkan dana pihak ketiga menjadi kredit. "Ini terlihat dari pendapatan operasional kami yang naik 32% menjadi Rp 367 miliar pada kuartal Ke dua ini," ujarnya.
Peningkatan pendapatan operasional ini telah meningkatkan Net Interest Income (NII) menjadi Rp 3,5 triliun. Angka ini tumbuh 16% dari posisi yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 3 triliun. Pada semester I 2010 ini, Bank CIMB Niaga berhasil menyalurkan kredit Rp 91,8 triliun atau tumbuh 26% dari periode sebelumnya. "Pertumbuhan kredit banyak tditopang oleh penyaluran kredit korporasi untuk sektor batubara, infrastruktur dan manufaktur yang tumbuh 33%. Selain itu, pertumbuhan kredit juga ditopang kredit ritel khususnya kredit pemilikan kendaraan bermotor yang tumbuh 22%," tambah Chaterine Hamdiman Wakil Direktur Utama CIMB Niaga. Tahun ini bank mendapat berkah dari penjualan kendaraan bermotor yang diprediksi tembus 700.000 kendaraan.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan sebesar 29%. Dari Rp 82,6 triliun pada Juni 2009 menjadi Rp 106,2 triliun. Dana murah (tabungan dan giro) menyumbang 43,49% dan sisanya dana mahal (deposito) 56,21%.
Peningkatan kredit dan DPK ini telah mendorong aset Bank CIMB Niaga. Per Juni, aset CIMB Niaga mencapai Rp 126,3 triliun meningkat 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 102,1 triliun. Adapun Capital Adequaty Ratio (CAR) berada dilevel 13,51% dengan Non Performing Loan (NPL) gross 2,7%.
Namun, tak semua bisnis CIMB mengalami peningkatan dengan signifikan. Salah satunya yang mengalami pertumbuhan yang lambat adalah pendapatan nonbunga (fee based income). Akhir Juni, fee based income CIMB hanya Rp 683 miliar hanya tumbuh 7%. "Dari tahun ke tahun fee based income kami tidak terlalu bagus selain itu adalah akibat penerapan PSAK 50/55," terang Arwin.
Terkait rencana, CIMB Niaga untuk mencari dana baru dari pasar modal, Chaterine mengungkapkan saat ini masih melakukan kajian untuk melakukan rights issue atau subdebt yang kedua. "Yang pasti seiring dengan bertumbuhnya kredit kami butuh tambahan modal," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News