kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Crowdfunding, pendorong efisiensi pasar keuangan


Selasa, 08 Agustus 2017 / 10:10 WIB
Crowdfunding, pendorong efisiensi pasar keuangan


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

Berdasarkan riset Crowdfunding Center, terdapat sekitar 442 kampanye crowdfunding diluncurkan setiap harinya dengan pendanaan sebesar US$ 60.000 per jam. Ada sekitar 162 negara aktif dengan Amerika Serikat mengambil porsi terbesar. Dari 20.669 proyek aktif, AS berkontribusi sekitar 11.505, sementara Inggris 2.205 dan Kanada 1.137. Indonesia masih punya banyak ruang untuk tumbuh dengan jumlah proyek aktif yang baru mencapai sekitar 30.

Meningkatkan efisiensi, tak hanya tekan biaya

Kepraktisan bisa jadi alasan utama popularitas model pendanaan ini. Crowdfunding dapat mengeliminasi peran perantara yang mematok biaya besar, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Namun, saya kurang sepaham dengan pandangan ini.

Jika crowdfunding berhasil hanya karena menurunkan biaya transaksi, maka pemain lama dapat memotong tarif mereka juga, memanfaatkan teknologi baru dalam set up yang ada. Di sisi lain, bank juga telah dipercaya untuk menyimpan pendapatan seseorang.

Saya percaya crowdfunding sukses karena berhasil menawarkan suatu tingkat efisiensi dan kecanggihan yang belum pernah ada sebelumnya.

Contoh lain, pendanaan debt crowdfunding. Banyak yang menyatakan rentang bunga deposito dan pinjaman bank yang berkisar antara 4% hingga 8% merupakan nilai yang sangat tinggi, sehingga mendorong munculnya crowdfunding. Ini bisa menjadi salah satu alasan, namun apakah ini akan menjadi faktor penjamin keberhasilan di masa depan? Menurut saya, tidak. Sebab, bank juga akan mengejar ketinggalan.

Saya juga percaya bahwa crowdfunding membawa efisiensi pemberian skor kredit yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Saat ini, bank memberi pinjaman ke individu (dalam bentuk kartu kredit atau pinjaman tanpa jaminan yang merupakan target kompetisi P2P lenders). Bagi bank, kelompok ini hanya satu dari berbagai aset pinjaman yang biasanya jumlahnya kecil (antara 5% hingga 10%) karena sebagian besar aset mereka didedikasikan untuk pinjaman dengan jaminan.

Bank jelas tidak berinvestasi banyak dalam metode pemberian skor kredit untuk segmen ini. Sebaliknya, perusahaan P2P lending sepenuhnya bergantung pada model skor kredit yang jika tidak istimewa akan membuat perusahaan gulung tikar. Hal ini memaksa mereka untuk berinvestasi besar pada analitik data dan terus mempertajam model skor kredit, yang saat ini tidak terjadi di pemberi pinjaman konvensional.

Bagaimana masa depan bisnis ini?

Fenomena crowdfunding merupakan sebuah progresi alami menuju efisiensi pasar, sehingga menjadi kekuatan yang harus diakui. Banyak tipe pemain baru yang akan masuk dalam sektor keuangan dan pemain lama akan dipaksa untuk mengubah model bisnis mereka untuk berkompetisi. Berbagai sub sektor spesifik akan bermunculan, seperti real estate crowdfunding.

Regulasi akan memainkan peran penting dalam mempercepat adopsi di berbagai negara. Negara seperti Inggris memimpin dalam hal ini dan diperkirakan akan menentukan panduan regulasi untuk industri ini. Indonesia juga memiliki potensi besar, sambil menanti regulasi OJK yang diharapkan akan segera terbit dalam waktu dekat.

Ditulis oleh Vishal Tulsian, Anggota Asosiasi Fintech Indonesia dan CEO di Tunaiku (www.Tunaiku.com) dan terbit di harian KONTAN edisi Selasa, 8 Agustus 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×