Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
Geoekonomi Masa Kini
Para pejabat, atas nama bangsanya, wajib mengedepankan kepentingan nasional di tengah gelombang ekonomi internasional yang digerakkan oleh gestur saling memberi sinyal dengan negara-negara jauh dan dekat. Dalam konteks ini, Danantara tidak mungkin dipandang dunia semata-mata sebagai lembaga investasi, tetapi bagian dari agenda pemerintah Indonesia di tingkat global.
Danantara perlu tampil lebih rendah hati dan cerdas dalam membaca arah angin dunia. Danantara lahir di tengah angin kencang geoekonomi dan geopolitik yang menguji daya tahan dan daya lenting semua negara dunia. Saat ini, negara-negara yang bergantung pada keterbukaan ekonomi sedang mengalami hempasan dahsyat. Sejumlah negara mengalami defisit kembar: neraca perdagangan dan transaksi keuangan. Jika dibarengi dengan utang tinggi dan cadangan devisa yang menipis, maka tekanan krisis akan makin berat, karena nilai mata uang ikut melemah.
Kondisi ini diperparah oleh dinamika geopolitik global, dari ekspansi pengaruh Tiongkok melalui program Belt and Road Initiative, dan juga perang Rusia di Ukraina, perang Iran vs. Israel-AS, petaka Gaza, kekacauan di Suriah, Myanmar, Sudan, Yemen. Aura dunia sedang suram.
Tidak elok jika Indonesia malah menerapkan megaphone diplomacy alias gaya komunikasi diplomatik yang keras dan terbuka melalui berbagai kanal media untuk menekan pihak lain atau mengejar kepentingan sendiri secara frontal. Ini bukan karakter yang cocok untuk situasi geoekonomi dan geopolitik saat ini.
Selanjutnya: Ada GOTO, BMRI, & BBTN, Cermati Top Losers LQ45 saat IHSG Menguat Hari Senin (30/6)
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 1-2 Juli, Provinsi Berikut Siaga Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News