Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Program Pembiayaan Infrastrktur Non APBN (PINA) menjadi salah satu upaya pemerintah untuk membantu menggenjot pembangun infrastruktur di dalam negeri. Bagi pengelola dana pensiun, tingkat pengembalian investasi masih dipelajari sebelum terjun ke program ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi bilang industri dana pensiun masih mempelajari sejumlah hal dari porgram ini. Diantaranya adalah kepastian imbal yang bisa didapat.
Menurutnya ada beberapa pengelola dana pensiun yang bisa ikut serta ke program ini. "Tinggal tuggu berapa imbal hasil dan jangka waktu serta kepastian likuiditas dari istrumen tersebut," kata dia baru-baru ini.
Kepastian likuiditas diakuinya menjadi komponen yang penting dalam menentukan investasi di sektor infrastruktur. Termasuk bila berinvestasi langsung di program PINA ini.
Pasalnya, proyek infrastruktur biasanya punya jangka waktu pengembalian investasi yang cukup lama. Sehingga dana pensiun harus memutar otak agak tetap bisa memenuhi liabilitas jangka pendek dan menengah.
Sementara Direktur Utama Dana Pensiun Pertamina Adrian Rusmana menyebut pihaknya berminat untuk masuk ke pembiayaan infrastrukut lewat program PINA. Namun ada sejumlah hal yang masih dipelajari.
Menurut dia, kesiapan masuk ke program PINA harus sesuai sesuai dengan aturan dan arahan investasi yang berlaku dan memang disetujui oleh pendiri. "Selain itu risiko dan ekspektasi hasilnya harus bisa terukur," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News