kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

DBS dan OCBC incar nasabah tajir


Senin, 17 April 2017 / 10:29 WIB
DBS dan OCBC incar nasabah tajir


Reporter: Galvan Yudistira, Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perbankan Indonesia kembali menjadi incaran investor asing. Kali ini, tumpukan dana repatriasi hasil amnesti pajak menjadi buruan investor asing.

Mengutip Bloomberg, sejumlah bank asing berambisi mengeruk untung dari triliunan dana amnesti pajak. Bank asing tertarik memburu amnesti pajak lewat ekspansi bisnis wealth management.

Salah satunya yakni DBS Group Holdings Ltd yang fokus membidik kekayaan orang tajir di Indonesia. Tan Su Shan, Head of Consumer Banking and Wealth Management DBS Group mengatakan, akuisisi terhadap unit bisnis wealth management dan perbankan ritel milik Australia & New Zealand Banking Group Ltd (ANZ) menjadi strategi andalan.

Tan bilang, akuisisi terhadap aset ANZ di Asia akan menambah nasabah di segmen wealth management dan ritel hingga enam kali lipat.

Strategi lain, DBS berencana untuk meluncurkan layanan mobile-banking. Hitungan DBS, nasabah perbankan tajir dan ritel akan melompat menjadi lebih dari 600.000 pasca mencaplok ANZ. Sebelumnya, nasabah DBS ritel dan wealth management di bawah 100.000.

Nasabah yang mengikuti amnesti pajak pasti akan mencari alternatif investasi di Indonesia," ujar Tan. DBS berencana menawarkan nasabah tajir produk fixed maturity yakni trust yang berisi sejumlah obligasi korporasi.

Direktur Consumer Banking Group DBS Indonesia Wawan Salum menyebut, banknya mencatat kenaikan pertumbuhan pendapatan sebesar 62% di 2016. Pertumbuhan revenue tersebut ditopang oleh peningkatan jumlah nasabah yang mencapai 17% hingga Desember 2016. Di segmen konsumer, bisnis wealth management menyumbang 49% pendapatan konsumer.

Ambisi DBS mengekor sang rival, Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) yang juga mengincar triliunan harta para miliarder pasca program amnesti pajak. OCBC membidik bisnis nasabah kaya lewat sang anak usaha OCBC NISP.

Saat ini, OCBC NISP sedang mengajukan izin bisnis private banking ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OCBC NISP menyatakan, per 29 Maret 2017, sudah menampung dana repatriasi Rp 8,84 triliun.

Parwati Surjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP menyatakan, keberadaan private banking bisa memberikan alternatif pilihan produk dan layanan untuk menarik dana nasabah yang ada di luar negeri ke dalam negeri.

Belum tahu

Tapi, otoritas hingga kini belum tahu rencana DBS maupun OCBC. Kami belum menerima pengajuan dari dua bank ini terkait rencana private banking maupun wealth management, ujar Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK pada KONTAN, Minggu (16/4).

Yang jelas, tak mudah masuk bisnis ini. Buktinya, Julius Baer Group Ltd telah hengkang dari Indonesia tahun lalu. Ada pula Credit Suisse Group AG yang menutup unit bisnis wealth management di Tanah Air pada 2011 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×