kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dibayangi Kenaikan NPL, Bank Digital Harus Melakukan Diversifikasi Portofolio


Jumat, 03 November 2023 / 11:40 WIB
Dibayangi Kenaikan NPL, Bank Digital Harus Melakukan Diversifikasi Portofolio
ILUSTRASI. Presiden Unit Bisnis Financial Technology GoTo Hans Patuwo (kiri) bersama Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung (kanan) meluncurkan layanan GoPay Tabungan by Jago di Jakarta, Rabu (18/10/2023).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan perbankan dalam menjaga kualitas aset semakin berat di tengah peningkatan ketidakpastian ekonomi global dan juga domestik. Pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan suku bunga berpotensi mendorong rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan.

Tantangan tersebut termasuk dihadapi bank digital. Potensi peningkatan NPL terutama akan dihadapi bank-bank yang punya permodalan tidak terlalu kuat. 

Namun, bank digital yang melakukan diversifikasi portofolio dan memiliki permodalan solid dinilai akan mampu bertahan terhadap potensi kenaikan NPL.
 
Hosianna Evalita Ekonom Panin Sekuritas mengatakan penyaluran kredit di kuartal IV yang secara siklus cenderung meningkat menghadapi tantangan yang cukup berat. Apalagi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah kembali naik, ditambah nilai tukar rupiah juga masih lemah.

Menurutnya, peningakatn ketidakpastian ekonomi harus diantisipasi. Di dalam negeri, persiapan tahun politik sudah dimulai sehingga bisa mempengaruhi ekonomi domestik. Dari eksternal, eskalasi perang di Timur Tengah telah menggoyang stabilitas di kawasan tersebut dan menyebar ke global. 

“Ini menjadi alarm bagi perbankan, khususnya yang memiliki portofolio pinjaman di segmen mass market seperti bank digital yang cenderung bersandar pada dana mahal," kata Hosianna, Jumat (3/11).

Baca Juga: Saham Bank Digital Masih Belum Menarik Kendati Kinerja Membaik
 
Menurut Hosianna, segmen mass market akan mengalami tekanan cukup berat dalam menghadapi kenaikan harga. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kenaikan inflasi akibat bahan makanan terutama komoditas beras dan gula akibat dampak El Nino perlu dicermati, mengingat dampaknya akan menyebabkan inflasi global tetap tinggi sehingga ruang penurunan suku bunga semakin terbatas, malah berbalik hawkish.
 
Kinerja bank berbasis teknologi patut diperhatikan karena memiliki fokus ke segmen mass market. Hosianna menilai kinerja Bank Jago dalam mengelola kualitas pinjaman paling baik dibandingkan bank berbasis teknologi lainnya. Sejauh ini sudah ada enam bank berbasis teknologi yang merilis laporan keuangan September 2023.
 
NPL Bank Jago per September 2023 ada di level 1,15%, turun dibandingkan posisi September 2022 sebesar 2,10% dan posisi Juni 2023 sebesar 1,20%. 
 
Sementara itu, rasio NPL Bank Raya meningkat pesat ke level 4,75% per September 2023 dari level 2,05% pada September tahun lalu. Adapun NPL gross Bank Amar mengalami penurunan kendati masih berada di atas 5%.
 
"Kami melihat Jago memiliki diversifikasi yang baik karena menjalin kemitraan tidak hanya dengan GoTo, tetapi juga dengan partner dari beberapa multifinance dan fintech sehingga membuat kualitas pinjamannya terjaga dan risiko kredit yang tersebar dengan lebih terkendali," jelas Hosianna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×