Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan segera menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan, besok, (15/8). Dalam RDG tersebut, salah satu yang akan menjadi pembahasan yakni suku bunga acuan atau BI rate. Ekonom menilai, sebaiknya BI tak menaikkan lagi tingkat BI rate tersebut.
"Saya rasa tak perlu menaikkan BI rate. BI mesti memperhitungkan secara lebih cermat, memanfaatkan instrumen yang lain," sebut Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN), Agustinus Prasetyantoko, kepada KONTAN, Rabu, (14/8).
Menurutnya, BI perlu memaksimalkan lelang FX Swap. Lelang yang digelar tiap Kamis pun terbilang berhasil. BI sudah 3 kali menyelenggarakan lelang FX Swap tersebut dan selalu mendapat kelebihan permintaan. Pada Kamis, (1/8) lalu, BI menargetkan pelelangan FX Swap senilai US$ 500 juta. Namun permintaannya mencapai US$ 1,605 miliar. Lantas, jumlah yang BI lepas yakni US$ 1,285 miliar.
Kemudian, BI pun bisa juga menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia atau BI rate. Tony menyebut, Fasbi rate ini idealnya naik sekitar 25 sampai 50 basis poin. "Fasbi rate ini jaraknya masih agak lebar dengan BI rate," ungkap Tony.
Posisi Fasbi rate saat ini adalah 4,75%. BI meningkatkan suku bunga tersebut sebesar 25 basis poin di bulan Juni dan 50 basis poin di bulan Juli. Namun, rentangnya dengan BI rate yang 6,5% masih cukup jauh yakni 175 basis poin.
Selain itu, Tony melihat BI pun perlu untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah demi menjaga inflasi dan tukar Rupiah. Ia bilang bahwa kondisi yang terjadi saat ini merupakan faktor fundamentar sektor riil, bukan moneter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News