Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keuangan berbasis teknologi (fintech) peer to peer (P2P) lending masih mengandalkan sumber pendanaan dari pemberi pinjaman (lender) dari segmen ritel. Sementara pendanaan dari lender segmen korporasi masih cukup rendah.
Co-Founder and CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, saat ini Akseleran 95% didanai lender dari ritel, sedangkan 5% dari korporasi. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan lebih dari 50.000 lender ritel. Sedangkan lender korporasi berasal dari empat multifinance, seperti Credit Saison, Globalindo multifinance, Andalan Finance dan Indosurya Finance.
“Keunggulan lender dari korporasi bisa menggelontorkan dana dalam jumlah besar, namun mereka lebih selektif dalam memilih portofolio pinjaman. Kalau lender ritel lebih fleksibel memberikan pinjaman,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Jumat (7/12).
Setiap lender yang memberikan pinjaman di platform Akseleran bisa memperoleh imbal hasil rata-rata sebesar 18%-21% per tahun. Dengan imbal hasil yang menggiurkan itu, diperkirakan lender dari kedua segmen terus meningkat.
Menurutnya, sumber pendanaan seharusnya berimbang, baik dari segmen ritel maupun korporasi. Kalau hanya mengandal korporasi, akan membuat perusahaan ketergantungan. Sedangkan hanya fokus pada ritel, akan menjadi sulit bagi fintech mengembangkan bisnis.
Co-Founder and CEO Modalku Reynold Irsian Wijaya sepakat, semakin beragam segmen lender maka nilai pinjaman yang disalurkan kian besar. Saat ini mayoritas lender modalku dari ritel, sementara korporasi juga masih kecil.
Adapun korporasi yang telah memberikan pinjaman melalui platform Modalku seperti Bank Sinar Mas dan Indosurya Finance. Nantinya setiap lender Modalku mendapatkan imbal hasil 12% hingga 26% per tahun.
“Korporasi memang belum besar tetapi ke depannya bisa tumbuh lebih besar. Pendanaan dari keduanya sama saja, tapi dibedakan dari volume pinjaman korporasi lebih besar,” imbuhnnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News