kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagal Bayar Fintech P2P Lending Marak, Ini Faktor Pemicunya


Selasa, 23 Januari 2024 / 07:30 WIB
Gagal Bayar Fintech P2P Lending Marak, Ini Faktor Pemicunya
ILUSTRASI. Permasalahan gagal bayar belakangan ini begitu marak di industri fintech peer to peer (P2P) lending.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan gagal bayar belakangan ini begitu marak di industri fintech peer to peer (P2P) lending. Alhasil, lender juga serentak menggugat platform fintech P2P lending karena permasalahan gagal bayar. Contoh fintech lending yang sudah digugat para lender, yaitu Investree, iGrow, dan TaniFund.

Pengamat Teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan fintech P2P lending sebenarnya terus bertumbuh karena demand yang juga sangat tinggi. Hanya saja, masalah gagal bayar juga tinggi. 

Dia mengatakan salah satu penyebabnya, yakni pengenaan bunga yang tinggi. 

"Sekarang per hari 0,3%. Artinya, satu bulan itu 9% dan satu tahun 98%. Hal itu sangat jauh dari bunga bank. Tingginya bunga membuat orang merasa berat untuk bisa mengembalikan pinjaman," ungkapnya kepada Kontan, Senin (22/1).

Baca Juga: Fintech Lending Wajib Pastikan Keamanan Sistem Informasi

Selain itu, Heru mengatakan penyebab lainnya, yakni kebanyakan pinjaman dipakai untuk hal konsumtif dan dipakai untuk judi online.

Dia tak memungkiri bahwa masalah gagal bayar itu memang membuat fintech lending menggencarkan penagihan. Akan tetapi, kerap kali penagihan malah memang cenderung agresif dan beberapa kasus ada juga yang intimidatif. 

"Memang dilema, tetapi penagihan memang harus ada juga aturan dan etikanya. Kalau saya melihat, persoalan bukan di penagihannya, melainkan keinginan peminjam mengembalikan pinjaman," katanya.

Baca Juga: Intip Strategi Modal Rakyat Jaga Rasio Kredit Macet

Dengan demikian, Heru menyampaikan perlu ada profiling calon peminjam yang ketat. Dia mengatakan fintech lending juga harus memiliki peran mengarahkan borrower agar meminjam untuk hal produktif dibanding konsumtif. Heru juga menyarankan sebaiknya fintech lending harus mengubah tolok ukurnya, dari kuantitas jumlah peminjam atau nominal ke pinjaman berkualitas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×