Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank besar tampaknya tak akan mudah mencetak pertumbuhan laba tahun. Selain karena basis pembandingnya dengan tahun 2023 sudah cukup tinggi, bank dihadapkan dengan tantangan peningkatan biaya dana dan juga biaya provisi.
Berdasarkan laporan bulanan kelompok bank modal inti (KBMI) IV, hanya Bank Central Asia (BCA) yang berhasil menorehkan pertumbuhan laba dalam dua bulan pertama tahun ini. Sedang tiga bank lainnya mengalami penurunan karena beban bunga naik dan kerugian penurunan nilai aset keuangan membengkak.
BCA membukukan laba sebesar Rp 8,27 triliun atau naik 2,01% year on year (YoY). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 5,69% menjadi Rp 12,12 triliun dan pertumbuhan kredit 15,06% YoY.
Baca Juga: Kinerja Bank Digital Dua Bulan Pertama 2024 Melejit, Performa BCA Digital Paling Top
Adapun Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat penurunan laba 3,5% jadi Rp 8,06 triliun, Bank Mandiri kontraksi 3,07% jadi Rp 7,15 triliun, dan Bank Negara Indonesia (BNI) melorot 5,9% jadi Rp 3,04 triliun sejalan dengan penurunan pendapatan bunga sekitar 11,16% YoY menjadi Rp 5,98 triliun.
Namun dari sisi kredit, BRI dan Bank Mandiri masih ekspansi dengan mencatatkan pertumbuhan kredit masing-masing 12,64% dan 19,34% per Februari. Kredit BCA tumbuh 15,6% dan BNI tumbuh 6,65%.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo melihat tantangan terbesar di kuartal pertama tahun ini masih terkait suku bunga. Menurutnya, tantangan itu masih akan dihadapi sepanjang paruh pertama tahun ini.
Namun, saat suku bunga acuan turun pada semester kedua, itu akan jadi katalis pendorong permintaan kredit. Sehingga, Bank Mandiri tetap optimistis mencapai target kredit tumbuh di kisaran 13%-15% tahun ini. “Kami akan terus memperkuat kompetensi inti di segmen wholesale dan memaksimalkan potensi bisnis dari ekosistemnya,” ujar Sigit, baru-baru ini.
Baca Juga: BRI Genjot Layanan Digital dan Konvensional Selama Periode Libur Lebaran 2024
Sependapat, Direktur Keuangan BNI Novita W. Anggraeni bilang tantangan terberat tahun ini adalah tingginya suku bunga yang kemudian mengerek biaya dana (cost of fund).“Untuk memitigasi itu, kami akan dorong pertumbuhan DPK berbasis transaksional sebagai driver utama likuiditas melalui channel dan layanan digital," ujarnya.
Tantangan beban bunga tampaknya juga sudah diantisipasi sejak awal tahun. Pasalnya, BNI hanya membidik net interest margin (NIM) 4,5% tahun ini, turun dari 4,6% pada tahun 2023.
Di sisi lain, Novita menyadari pertumbuhan kredit BNI di awal tahun belum kencang. Ia memproyeksikan permintaan kredit akan lebih besar memasuki kuartal kedua.
Mengenai kualitas aset, Novita melihat pertumbuhan kredit BNI sudah semakin prudent sejak tiga tahun terakhir. Sehingga rasio kredit bermasalah (NPL) dan loan at risk (LAR) diprediksi akan semakin membaik. Alhasil, pembentukan pencadangan akan lebih efisien.Atas faktor itu, BNI optimistis laba tabun ini akan meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News