kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit perbankan masih akan suram


Senin, 24 Agustus 2020 / 07:05 WIB
Hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit perbankan masih akan suram


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bak efek domino, pandemi Covid-19 berdampak ke ekonomi. Dan selanjutnya berbanding lurus dengan penyaluran kredit perbankan. Lihat saja, menurut data Bank Indonesia (BI) per Juni 2020 kredit perbankan hanya tumbuh 1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.552,6 triliun.

Pertumbuhan kredit ini melambat kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sekitar 2,4% secara tahunan. Ada beberapa faktor penyebab lambatnya pertumbuhan kredit.

Menurut Chief Economist Bank Central Asia (BCA) David Sumual, perlambatan kredit  terutama permintaan kredit yang menurun.

Padahal dari sisi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, sejatinya saat ini masih kuat, bahkan likuiditas di pasar cenderung melonggar. "Dari sisi permintaan kreditnya memang lemah, ini mungkin berkaitan dengan kekhawatiran pelaku usaha juga akan situasi ekonomi ke depan," katanya kepada Kontan.co.id, Ahad (23/8).

Baca Juga: Bunga BI tetap 4%, berikut rekomendasi saham BBRI, BMRI, BBNI, BBCA

Menurutnya, pertumbuhan kredit memang bakal tersendat sampai akhir tahun. Proyeksinya antara lain hanya tumbuh di kisaran 0%-3% saja. Namun, David mengatakan belum ada tanda-tanda pertumbuhan kredit secara industri bakal menurun, hal itu tentu sejalan dengan melimpahnya stimulus yang diberikan pemerintah dan regulator untuk menggairahkan kredit.

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Winang Budoyo bilang, permasalahan kredit perbankan di Indonesia saat ini ada dari sisi permintaan, bukan suplai.

Artinya, pemerintah dan industri perbankan perlu mendorong daya beli masyarakat agar meningkat. "Kemudian mendorong produksi dan akhirnya produsen barang akan mencari kredit dari perbankan," terangnya.

Dia menambahkan, diperlukan stimulus tambahan untuk mendorong dari sisi permintaan lantaran kondisi perbankan  saat ini dinilai masih cukup mampu untuk memenuhi kemampuan kredit.

Tetapi, dalam situasi pandemi Covid-19 tentunya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri. Sebab, kondisi perekonomian baik di dalam dan luar negeri memang sedang di bawah tekanan. Dus, Winang memproyeksikan, kredit bisa tumbuh di kisaran 3%-3,5% di pengujung tahun 2020.

Baca Juga: Perbankan sambut positif langkah BI merelaksasi ketentuan uang muka KKB

Beberapa bank besar di Indonesia nampaknya memang tidak terlalu menggebu-gebu untuk menyalurkan kredit. Ambil contoh, Bank Mandiri yang hanya memproyeksi kredit satu digit tahun ini. Direktur Keuangan Bank Mandiri Silvano Rumantir menyebut, prioritas Bank Mandiri saat ini adalah untuk menekan risiko kredit.

Bank Mandiri memilih lebih dulu fokus menyelesaikan proses restrukturisasi kredit untuk debitur yang memerlukan keringanan. "Target pinjaman sampai akhir tahun tetap sehat, tetapi mungkin satu digit," katanya belum lama ini.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya mematok pertumbuhan kredit 4%-5% saja di tahun ini. Menurut Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo, proyeksi pertumbuhan kredit itu turun dari proyeksi sebelum pandemi yang mencapai dua digit.

Per Juni 2020 lalu, BRI membukukan realisasi kredit tumbuh sebesar 5,23% yoy menjdi Rp 922,97 triliun.

Sedikit berbeda, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha justru lebih percaya diri di paru kedua tahun ini. Menurutnya, pada akhir tahun ini kredit Bank Jatim bisa tumbuh sekitar 10%.

Proyeksi itu lebih optimis dari target yang ingin tumbuh 8% saja tahun ini. Tentunya, hal itu dipicu dari stimulus pemerintah berupa penempatan dana sebesar Rp 2 triliun ke Bank Jatim. "Kami dapat penempatan dana Rp 2 triliun, targetnya kami salurkan Rp 4 triliun dalam bentuk kredit," tuturnya kepada Kontan.co.id, Jumat (21/8) lalu.

Sementara  Ekonom Oxford Economics, Sung Eun Jung mengatakan kepada Nikkei Asian Review, Kamis (6/8), rendahnya suku bunga dan kredit macet akibat pandemi  virus korona, akan terus membebani kinerja bank-bank di Asia Tenggara. Suram. 

Baca Juga: Bantu kerek ekspor, BNI berikan kredit untuk importir produk Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×