Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending masih mau menggarap segmen pedagang kecil. Ambil contoh PT Amartha Mikro Fintek menyalurkan pinjaman usaha produktif kepada perempuan pengusaha ultra mikro di desa.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menyebut per Juni 2020, 68% penerima pinjaman Amartha bergerak di sektor perdagangan, seperti warung sembako, warung makan dan pedagang kaki lima.
Baca Juga: Perluas metode pembayaran, Blibli gandeng dompet digital DANA
“Pendanaan diberikan dengan metode berkelompok atau majelis dengan upaya sistem tanggung renteng, untuk meningkatkan semangat gotong royong yang dapat menekan angka gagal bayar. Amartha telah hadir di Jawa, Sulawesi dan Sumatera, petugas lapangan Amartha yang berperan sebagai garda terdepan memberikan sosialisasi dan pendampingan,” ujar Aria kepada Kontan.co.id pada Selasa (25/8).
Aria yakin sektor perekonomian ultra mikro di pedesaan akan tetap tangguh di tengah pandemi. Lantaran terisolasi dari perekonomian makro. Selain itu, Aria melihat sebagian besar jenis usaha yang dijalankan peminjam Amartha adalah pedagang kebutuhan sehari-hari, sehingga dalam masa krisis ini mereka masih bisa menjalankan usahanya seperti biasa.
“Tingkat Keberhasilan Pengembalian (TKB) atau repayment rate di wilayah Sumatera dan Sulawesi sangat baik, di atas 90%. Sedangkan di Jawa mengalami kendala karena banyaknya pemberlakuan PSBB,” papar Aria.
Adapun alasan tingginya kualita pembiayaan itu, lantaran Amartha mendidik peminjam agar disiplin, tangguh, dan bekerja sama melalui tanggung renteng. Karakter ini merupakan jalan bagi mitra usaha Amartha untuk mencapai kesejahteraan lebih baik. Pengembalian pinjaman dilakukan pada setiap minggunya dalam pertemuan Majelis bersama dengan Petugas Lapangan Amartha.
Baca Juga: Penyaluran pinjaman fintech lending tembus Rp 116,97 triliun hingga Juli 2020
“Tantangan utama bagi Mitra Amartha saat ini adalah adanya pemberlakuan PSBB, sehingga memberikan tantangan bagi mereka untuk dapat berinovasi dalam produk ataupun distribusi produk mereka. Namun perlahan trennya mulai membaik, terlihat dari peningkatan tren pengembalian pendanaan. Selain itu, Amartha juga memberikan pelatihan usaha sebagai alternatif usaha baru bagi Mitra Amartha yang mengalami kendala usaha,” jelas Aria.
Asal tahu saja, Amartha mencatatkan penyaluran pinjaman modal kerja sebesar Rp 645 Miliar sepanjang semester I-2020. Pembiayaan itu telah disalurkan kepada 168,125 pengusaha mikro, dengan Tingkat Keberhasilan 90 (TKB 90) mencapai 98,97%.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengamini segmen pedagang kecil termasuk kaki lima juga sangat terdampak dari Covid19 dan kebijakan PSBB. Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede bilang hal ini disebabkan karena secara nasional, masyarakat dibatasi aktivitasnya.
Baca Juga: Aftech: Industri Fintech mengalami pertumbuhan pesat dalam 4 tahun terakhir
“Selain itu juga masyarakat secara keseluruhan terdampak atas penghasilan mereka selama pandemic Covid-19 dan PSBB. Sehingga masyarakat menahan konsumsi kebutuhan secondary yang dihasilkan dan disediakan oleh pelaku usaha UMKM termasuk pedagang kaki lima,” papar Tumbur.
Kendati demikian, Tumbur menyebut sepanjang calon peminjam dapat memiliki kemampuan akses mengajukan pinjaman online. Banyak dari platform P2P lending yang resmi terdaftar dapat mengakomodir kebutuhan pinjaman dari calon peminjam termasuk pedagang kaki lima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News