Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Lalu, mengapa pasar perbankan Indonesia menarik di mata investor? Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan bisnis di Indonesia sangat menguntungkan.
Apalagi, perbankan di Tanah Air punya net interest margin (NIM) paling tinggi di Asia bahkan dunia. Indonesia juga termasuk potensi pasar yang masih sangat luas untuk digarap. "NIM perbankan kita sangat tinggi. Termasuk aset bank yang besar. Tercermin dari capital adequacy ratio (CAR) yang menjadi paling tinggi di Asia," kata Kiswoyo, Selasa (12/1).
Asal tahu saja, walau diterpa pandemi Covid-19, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Oktober 2020 NIM bank umum ada di level 4,41%. Sementara CAR ada di level 23,7%. Dengan posisi NIM yang tetap rendah di level 3,15% secara gross. "Investor asing banyak di negara asalnya, industri perbankannya sulit untuk ekspansi karena keterbatasan pasar. Sedangkan potensi bisnis di Indonesia masih menggiurkan," kata dia.
Hal ini menurut Kiswoyo membuat peta persaingan bisnis bank nantinya akan semakin sengit. Terutama di bidang pengembangan digital yang tengah menjadi sorotan seluruh industri, khususnya keuangan dan perbankan.
Baca Juga: Pemerintah ramal ekonomi Indonesia lebih baik dari mayoritas negara ASEAN di 2020
Pun di mata investor khususnya konglomerat, bisnis perbankan tentu sangat diperlukan. Selain untuk menjaga stabilitas bisnis perusahaan secara grup, bisnis keuangan bisa membuka pintu ekspansi.
Apalagi saat ini industri keuangan mulai dipadati dengan pengembangan perusahaan teknologi finansial. "Investor tentu tidak ingin ketinggalan dengan beragam perkembangan ini," pungkas Kiswoyo.
Baca Juga: Prospek Emiten Bank Dijaga Kebijakan OJK, Saham BBRI, BBTN dan BBCA Dinilai Menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News