Reporter: Vina Destya | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah proyeksi akan meredupnya industri dompet digital, nyatanya pertumbuhan yang dicatat oleh dua perusahaan dompet digital besar ini cukup positif.
DANA Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang sehat di mana penggunanya telah mencapai 150 juta di tahun 2023. Rata-rata kenaikan jumlah transaksi mencapai 137% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total merchant yang dimiliki DANA juga saat ini lebih dari 500.000 mitra.
Head of Communications DANA Indonesia Sharon Issabella mengatakan, selain mengindikasikan preferensi masyarakat akan dompet digital, pertumbuhan ini juga dikarenakan oleh kapabilitas DANA yang kian optimal.
“Baik dari sisi teknologi, fitur dan layanan, hingga ekosistem yang terus meluas,” ujar Sharon pada Kontan.co.id, Senin (24/7).
Baca Juga: ASPI Sebut Pengenaan MDR 0,3% Tak Berpengaruh ke Kinerja Dompet Digital
Sama halnya dengan DANA, layanan keuangan digital dari Telkomsel yaitu LinkAja mencatatkan jumlah pengguna terdaftar mencapai lebih dari 90 juta per Juni 2023. Angka tersebut meningkat sebanyak 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah transaksi di LinkAja juga meningkat, salah satunya peningkatan transaksi untuk segment ritel meningkat 70%. Jumlah merchant yang dimiliki oleh LinkAja sampai saat ini mencapai sekitar 2,7 juta mitra.
Direktur Utama LinkAja Yogi Rizkian Bahar mengatakan bahwa LinkAja terus berusaha memperlebar cakupan penerimaan transaksi di ekosistem-ekosistem mitra strategis seperti Telkomsel dan Pertamina.
Selain kerja sama B2B, LinkAja pun terus mendukung pemerintah dalam pemerataan transaksi digital melalui QRIS di objek-objek strategis pemerintah seperti lokasi wisata dan UMKM.
“LinkAja juga secara aktif melakukan campaign transaksi non-tunai baik untuk penggunaan niaga ataupun penggunaan lainnya seperti donasi, pembayaran ZISWAF, pembayaran pajak, dan sebagainya,” jelas Yogi pada Kontan.co.id.
Dalam menghadapi persaingan dompet digital saat ini, Sharon mengatakan DANA memperkuat keberlangsungan industri teknologi karena menurutnya dompet digital masih menyimpan potensi yang sangat besar.
Baca Juga: LinkAja: Pasar Dompet Digital Masih Besar Meski Menarik Diri dari MRT
Optimisme ini datang dari pembayaran digital sebagai pintu masuk ekosistem ekonomi baru di mana tidak hanya terbukti menjadi solusi kebutuhan sehari-hari, bahkan memiliki potensi juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sharon juga melihat prospek cerah industri dompet digital dapat dilihat dari laporan Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan nilai transaksi uang elektronik tumbuh sebesar 30,84% pada tahun 2022.
“Melihat akseptasi masyarakat tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa dompet digital masih akan tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Sharon.
Sementara itu, LinkAja melihat bahwa maraknya pemain dompet digital bisa menjadi peluang besar untuk LinkAja.
Di mana penerapan layanan keuangan digital akan kian menjadi norma baru, dan tidak lagi hanya sebagai metode pembayaran tetapi bisa juga menjadi solusi penyedia layanan keuangan digital (digital financial solution).
LinkAja akan mengutamakan low-cost user acquisition & retention pada segmen B2C. Sedangkan pada segmen B2B, akan berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital.
“Untuk strategi kami akan tetap berfokus pada model bisnis dua sisi (two sided business model) B2B2C,” ujar Yogi.
Baca Juga: Bersaing Ketat dengan QRIS, Industri Dompet Digital Diproyeksi Meredup
LinkAja juga akan melakukan digitalisasi rantai pasok tradisional secara end-to-end dari tingkat principal hingga pengecer, selain itu akan menggandeng beberapa perusahaan di bawah kementerian BUMN di mana LinkAja akan menjadi penyedia layanan disbursement insentif.
“Kami optimistis, melalui strategi ini dapat terus melanjutkan perkembangan bisnis yang lebih sehat dan sustainable dengan persentase perbandingan yang baik antara jumlah pengguna aktif dengan nilai transaksi yang dilakukan,” jelas Yogi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News