Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perwakilan manajemen sekaligus tim analis Bank Woori Saudara, Rully Nova menyebut kredit berisiko (loan at risk) industri perbankan sebagian besar disumbang oleh industri manufaktur.
"Manufaktur menjadi penyumbang yang signifikan,” kata Rully kepada kontan.co.id, Kamis (12/12).
Baca Juga: Dikuasai penguatan dolar AS, pasangan USD/JPY direkomendasikan jual
Kredit berisiko di industri perbankan memang masih tinggi. Loan at risk ini diperoleh dari penjumlahan rasio kredit bermasalah ditambah kredit kolektibilitas dua dan kredit restrukturisasi.
Pada tahun ini rasio loan at risk industri perbankan menjadi 10%. Masih tingginya risiko kredit ini menurut Rully karena pertumbuhan ekspor yang melambat dan barang impor yang masuk banyak, sementara konsumsi masyarakat nya masih belum membaik.
Baca Juga: Jokowi menargetkan ekspor otomotif mencapai 1 juta unit pada 2024
Rully mengatakan, di tahun 2020 dengan target pemerintah yang tinggi dan ekonomi yang masih melambat kemungkinan loan at risk-nya masih akan meningkat terutama dari sektor infrastruktur. Untuk pengelolaan loan at risk menurut Rully bisa melalui restrukturisasi kredit untuk kredit yang masih dalam perhatian khusus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News