Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan pada bulan Agustus 2018 lalu kian melandai.
Sampai delapan bulan pertama, OJK menyebut posisi NPL perbankan ada di level 2,74%. Bila dibandingkan dengan rasio pada Agustus 2017 rasio NPL ini turun cukup signifikan dari 3,05% atau sebanyak 32 basis poin (bps).
Salah satu bank yang menyatakan penurunan NPL antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Direktur BTN Nixon Napitupulu mengatakan sejauh ini target NPL pada akhir tahun sebesar 2,5% masih sesuai rencana alias on the track.
Pihaknya mengungkap, per September 2018 posisi NPL BTN terjaga di kisaran 2,65% hingga 2,67%. Posisi ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada kuartal II 2018 sebesar 2,8%.
"NPL bulan September di kisaran 2,65% sampai 2,67%. Kami sedang perbaikan di KPR (kredit pemilikan rumah) non subsidi terutama segmen swasta," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/10).
Lanjut Nixon, salah satu penyumbang NPL perusahaan antara lain berasal dari sektor konstruksi. Catatan saja, sejauh ini NPL konstruksi BTN berada di kisaran 4%-5%.
Menurutnya, masih tingginya sektor konstruksi masih dikarenakan persoalan yang sama antara lain adanya sejumlah proyek konstruksi yang terhenti akibat arus kas yang memburuk. Terutama pada proyek pembangunan bangunan tinggi seperti apartemen.
Dus, hal tersebut mengakibatkan resiko kredit ikut meningkat. "Konstruksi kami masih lakukan perbaikan, lebih banyak di segmen high rise building," ujarnya.
Kendati demikian, bank bersandi emiten bursa BBTN ini menilai, NPL pada sektor konstruksi sudah jauh menurun dibandingkan beberapa periode sebelumnya. Sayang, pihaknya belum dapat merinci secara detail besaran NPL tersebut.
Hingga akhir tahun, BTN meyakini NPL konstruksi dapat ditekan hingga di bawah 4%. Selain BTN, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) menyatakan NPL perusahaan masih stabil di level 4,82%.
Kendati terbilang tinggi, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar meyakini rasio NPL tersebut mampu ditekan hingga ke level 3,59% pada akhir tahun 2018.
Adapun, sektor yang mendominasi NPL Bank Sumut berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran. Catatan Bank Sumut, sektor perdagangan menyumbang 1,21% dari total NPL Bank Sumut.
"Sektor yang mendominasi NPL pada posisi Agustus 2018 di perdagangan besar dan eceran. NPLnya 1,21%," ungkapnya.
Syahdan mengatakan, sektor perdagangan memang menjadi salah satu fokus kredit perusahaan. Paling tidak, sektor ini menyumbang 17,12% dari total kredit perusahaan per Agustus 2018.
Lewat penagihan secara bertahap, restrukturisasi dan strategi mitigasi resiko lainnya. Syahdan optimis target NPL tahun ini mampu terlampaui. "Tim kami akan fokus collection di sektor ini (perdagangan besar dan eceran)," imbuhnya.
Sebagai tambahan informasi, dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK pada Juli 2018 lalu. Sektor dengan NPL tertinggi antara lain sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,45%. Posisi ini sudah jauh menurun dari periode Juli 2018 yang sempat menyentuh 7,48%.
Selain pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi juga tercatat memiliki NPL tinggi mencapai 4,33%. NPL ini justru meningkat dibandingkan posisi di bulan Juli 2017 sebesar 3,31%.
Sementara itu, sektor andalan perbankan yakni perdagangan besar dan eceran juga mencatat NPL tembus 4,07% pada bulan Juli 2018 lalu. Menurun dari posisi tahun sebelumnya sebesar 4,56%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News