kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Tren NPL perbankan kian melandai


Selasa, 02 Oktober 2018 / 14:29 WIB
Tren NPL perbankan kian melandai
ILUSTRASI. Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan kian melandai. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, per Agustus 2018 posisi NPL perbankan ada di level 2,74%.

Bila dibandingkan dengan rasio pada Agustus 2017 yakni 3,05%, rasio NPL ini turun cukup signifikan sebanyak 32 basis poin (bps).

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id pun sepakat, menjelang akhir kuartal III 2018, posisi NPL cenderung menurun.

PT Bank OCBC NISP Tbk misalnya. Per Agustus 2018, NPL perusahaan ada di level 1,73%. Presiden Direktur OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan, posisi ini sudah jauh menurun dibandingkan rasio NPL pada bulan Agustus tahun lalu yang sempat menembus 2%.

Jika dibandingkan dengan akhir Semester I 2018, posisi NPL tersebut melandai dari level 1,8%. Hingga akhir tahun, pihaknya optimis rasio kredit bermasalah ini mampu dijaga di bawah 2%.

Bank yang terafiliasi dengan grup OCBC ini menyebut, segmen yang masih menjadi penyumbang NPL terbesar di perusahaan ini berasal dari kredit komersial. Berdasarkan catatan Parwati, NPL segmen komersial setidaknya menyentuh ke level 4% per Agustus 2018 lalu.

"Segmen NPL terbesar ada di segmen komersial. Target akhir kami masih di bawah 2% dan sejauh ini masih on the track (sesuai target)," paparnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/10). Sebelumnya, bank bersandi emiten NISP ini pernah menyatakan kalau NPL komersial bakal dijaga minimal di kisaran 2%.

Meski tak merinci, bila dilihat berdasarkan sektor kreditnya, NPL OCBC NISP rata-rata disumbang oleh sektor perdagangan dan sektor jasa serta makanan. "Dari sudut sektor ekonomi, sektor jasa, makanan juga relatif sama tingginya dengan perdagangan," imbuhnya.

Dalam menjaga NPL, kini OCBC NISP terus melakuka mitigasi resiko. Antara lain dengan lebih selektif dalam memilih nasabah termasuk memantau kondisi ekonomi masing-masing nasabah.

Sebagai tambahan informasi, dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK pada Juli 2018 lalu. Sektor dengan NPL tertinggi antara lain sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,45%. Posisi ini sudah jauh menurun dari periode Juli 2018 yang sempat menyentuh 7,48%.

Selain pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi juga tercatat memiliki NPL tinggi mencapai 4,33%. NPL ini justru meningkat dibandingkan posisi di bulan Juli 2017 sebesar 3,31%.

Sementara itu, sektor andalan perbankan yakni perdagangan besar dan eceran juga mencatat NPL tembus 4,07% pada bulan Juli 2018 lalu. Angka ini turun dari posisi tahun sebelumnya sebesar 4,56%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×