kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini empat tantangan sektor properti versi BTN


Selasa, 19 Desember 2017 / 14:35 WIB
Ini empat tantangan sektor properti versi BTN


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memprediksi di tahun 2018 perekonomian Indonesia akan mampu tumbuh di atas 5%, adapun sektor yang bakal menjadi pendorong perekonomian di tahun depan dan menjadi perhatian utama Pemerintah antara lain sektor properti.

Menjawab hal tersebut, PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk atau BTN menyatakan masih akan tetap konsisten di jalurnya yakni menjadi integrator untuk industri properti di tanah air. Tidak hanya dari sisi permintaan dengan pengucuran kredit pemilikan rumah (KPR), melainkan juga dengan mengalirkan kredit konstruksi ke pengembang perumahan.

Selain itu, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan BTN juga ditunjuk menjadi salah satu ujung tombak Program Sejuta Rumah yang menjadi fokus pemerintah saat ini.

Maryono menjelaskan, tahun 2018 mendatang setidaknya ada empat tantangan dari sektor properti. Tantangan pertama adalah kekurangan pasokan rumah atau backlog yang mencapai 13,38 juta unit.

Kedua, tidak tersedianya lahan yang cukup untuk membangun properti. Ketiga, masih belum terstandarisasinya regulasi pertanahan di setiap daerah.

Terakhir, Maryono menyebut masih sedikitnya masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR yang masuk kategori bankable, alhasil MBR pun kesulitan untuk mengakses pembiayaan KPR.

Padahal, dalam paparannya bank bersandi saham BBTN ini mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menyebutkan bahwa kalangan MBR dengan penghasilan di bawah 3 juta paling banyak membutuhkan tempat tinggal, backlog di MBR informal tercatat mencapai lebih dari 6 juta unit.

"Paling tidak tiap tahun kita kekurangan supply sekitar 400.000 unit, dan saat ini backlog sekitar 11,4 juta rumah," kata Maryono di Jakarta, Selasa (19/12).

Untuk menghadapi tantangan tersebut, BTN melalui Program Sejuta Rumah yang digagas oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah mengisi kekosongan tersebut. Tercatat, selama 2015 hingga November 2017 pencapaian target BTN selalu di atas 100%.

Maryono menyebut, pihaknya telah berkontribusi lebih dari 1,6 juta unit rumah baik berbentuk KPR maupun kredit konstruksi dengan nlai lebih dari Rp 177,24 triliun.

Gambaran saja, Program Sejuta Rumah yang telah bergulir sejak tahun 2015, kala itu direalisasi oleh BTN sebanyak 474.099 unit rumah atau 110% dari target tahun 2015 sebesar 431.000 unit.

Sementara tahun 2016, BTN juga telah merealisasikan sebanyak 595.566 unit rumah lebih tinggi dari target yang dipasang yakni sebesar 570.000 unit.

Adapun, sejak Januari hingga November 2017BTN telah merealisasikan KPR untuk 223.373 unit rumah dan kredit konstruksi untuk perumahan yang mencapai 326.326 unit rumah dengan nilai keseluruhan sebesar Rp 60,94 triliun.

"Khusus untuk KPR subsidi sebanyak 390.375 unit baik berbentuk KPR ataupun kredit konstruksi perumahan dengan nilai lebih dari Rp 29 triliun," jelas Maryono.

Angka tersebut menurutnya sudah mencapai 82% dari target tahun 2017 yang dipatok sebanyak 666.000 unit rumah. Hingga akhir tahun 2017, pihaknya optimis target tahun ini bakal terealisasi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×