Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Faktor lain juga yang mendukung profitabilitas ini adalah pencadangan. Tahun lalu, BSI sudah melakukan pencadangan sangat besar sehingga pada paruh pertama tahun ini tekanan untuk melakukan pencadangan tidak lagi sebesar tahun sebelumnya.
Sementara pembiayaan BSI tumbuh 11,73% menjadi Rp161,5 triliun. Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp75 triliun atau setara 46,5% dari total pembiayaan.
Adapun segmen korporasi sebesar Rp36,7 triliun atau sekitar 22,8%. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp36,8 triliun setara 22,9% dan sisanya segmen komersial Rp10 triliun atau sekitar 6,2%.
Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23% pada semester I 2020 menjadi 3,11% pada enam bulan pertama tahun ini.
Baca Juga: Laba Bank Mega (MEGA) naik 32% pada semester I, ini faktor pendorongnya
Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07% sampai semester I 2021. Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I 2021 mencapai Rp216,36 triliun, naik 16,03% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp186,49 triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81% dari total DPK. Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78% pada semester I 2020 menjadi 2,14% pada paruh pertama tahun ini.
Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. Torehan itu naik sekitar 15,16% secara yoy. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp214,7 triliun.
Selanjutnya: Laba Bank Mega tumbuh 32% jadi Rp 1,56 triliun pada semester I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News