Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Heru Kristiyana Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, persyaratan modal besar karena bank tersebut harus membangun ekosistem sendiri. Sementara jika mengonversi bank tradisional yang sudah memiliki ekosistem menjadi bank digital, modalnya cukup Rp 3 miliar dan jika merupakan bagian dari kelompok usaha bank hanya perlu Rp 1 triliun.
Baca Juga: Menilik deretan mantan pejabat publik yang kini menjadi petinggi perusahaan digital
Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang dalam webinar, Selasa (4/5) mengatakan, kebutuhan modal sudah bukan isu lagi bagi BRI Agro untuk menjadi bank digital.
Modalnya intinya saat ini sudah sudah di atas ketentuan minimum modal bank umum."Apalagi kami juga di-backup oleh grup BRI yang memiliki keuangan yang sangat sehat," katanya.
Ia menjelaskan, modal memang jadi salah satu pilar penting untuk menjadi bank digital. Namun menurutnya, pilar yang paling utama adalah menciptakan layanan yang betul-betul dibutuhkan untuk melayani ekosistem digital yang ada.
BRI Agro yakin bank digital di Indonesia pasti bisa tumbuh selama memiliki ekosistem yang inheren. Peluang perseroan tumbuh menjadi bank digital sangat besar karena BRI sudah memiliki ekosistem dan memiliki jaringan distribusi yang sangat luas.
"Produk yang akan diciptakan BRI Agro akan cepat disalurkan dan diimplikasikan ke seluruh Indonesia menggunakan distribution network BRI yang sudah mapan," tambah Kaspar.
Dalam pengembangan bank digital secara global, hanya ada tiga bank yang sudah menghasilkan profit saat ini. Dua di antaranya berasal dari Tiongkok yakni MYbank milik Tencent dan Alibank milik Alibaba. Satu lagi ada di Korea Selatan yakni Kakao Bank.
Ketiga bank tersebut bisa tumbuh dan menciptakan keuntungan yang luar biasa karena menempel dalam satu ekosistem spesifik yang sudah berjalan.
Untuk masuk ke bank digital, BRI Agro akan fokus menyasar pekerja sektor informal. Kaspar menjelaskan, pihaknya melihat bahwa ketika pandemi terjadi banyak PHK namun banyak masyarakat yang tetap bisa berkembang karena mereka masuk ke dalam platform digital.
Misalnya, banyak yang masuk menjadi reseller di e-commerce, guru honorer banyak menciptakan konten dengan bergabung di platform edukasi.
Baca Juga: Transaksi kirim saldo meningkat di masa Lebaran, pemain dompet digital pasang jurus