kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kesiapan grup konglomerasi memasuki industri bank digital


Senin, 10 Mei 2021 / 08:50 WIB
Ini kesiapan grup konglomerasi memasuki industri bank digital


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi bank digital tampaknya sangat besar di tengah era digitalisasi saat ini. Ini yang membuat banyak grup konglomerasi semakin banyak berencana untuk ikut meramaikan industri tersebut.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan menghadirkan bank digital lewat anak usahanya Bank Digital BCA yang akan diluncurkan pada akhir Mei 2021. Grup BRI akan masuk ke bank digital dengan menggunakan anak usahanya BRI Agro sebagai kendaraan bisnis.

Grup Gojek dan GIC (lembaga dana investasi milik pemerintah Singapura) akan hadir juga melalui Bank Jago. Selanjutnya grup konglomerasi milik Chairul Tanjung akan menjadikan Bank Harda jadi kendaraan memasuki bank digital. 

Baca Juga: Begini posisi modal inti calon bank digital per Maret 2021

Sea Group juga akan mengonversi Sea Bank atau sebelumnya bernama Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) menjadi bank digital. Perusahaan konglomerasi asal Singapura ini juga sedang membidik mengakuisisi bank kecil lagi di Tanah Air yang kemungkinan akan dimerger dengan Sea Bank.

Bank Aladin Syariah juga disebut bakal konversi menjadi bank digital. Bank ini sedang mempersiapkan rencana penambahan modal lewat mekanisme rights issue dengan target penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 2 miliar lembar dengan nominal Rp 100.

Perseroan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Mei 2021 untuk membahas rencana ini.

Santer kabar bahwa bank ini tengah dibidik investor. Sebelumnya ada nama Sea Bank dan Grab diisukan bakal masuk. Namun, saat ditanya bagaiaman perkembangan penjajakan dengan calon investor strategis, perwakilan Bank Aladin Syariah menyebut belum ada informasi baru yang bisa diberikan.

"Sekarang kami masih melakukan koordinasi internal. Jadi belum bisa memberikan informasi tambahan selain yang sudah kami sampaikan di IDX," ujar Mayang plt Sekretaris Perusahaan Bank Aladin Syariah pada Kontan.co.id, Jumat (7/5).

Saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menggodok aturan tentang bank digital. Salah satunya terkait permodalan. Untuk mendirikan bank digital baru akan dibuat aturan minimal modalnya akan dibuat Rp 10 triliun.

Heru Kristiyana Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, persyaratan modal besar karena bank tersebut harus membangun ekosistem sendiri.  Sementara jika mengonversi bank tradisional yang sudah memiliki ekosistem menjadi bank digital, modalnya cukup Rp 3 miliar dan jika merupakan bagian dari kelompok usaha bank hanya perlu Rp 1 triliun.

Baca Juga: Menilik deretan mantan pejabat publik yang kini menjadi petinggi perusahaan digital

Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang dalam webinar, Selasa (4/5) mengatakan, kebutuhan modal sudah bukan isu lagi bagi BRI Agro untuk menjadi bank digital.

Modalnya intinya saat ini sudah sudah di atas ketentuan minimum modal bank umum."Apalagi kami juga di-backup oleh grup BRI yang memiliki keuangan yang sangat sehat," katanya.

Ia menjelaskan, modal memang jadi salah satu pilar penting untuk menjadi bank digital. Namun menurutnya, pilar yang paling utama adalah menciptakan layanan yang betul-betul dibutuhkan untuk melayani ekosistem digital yang ada.

BRI Agro yakin bank digital di Indonesia pasti bisa tumbuh selama memiliki ekosistem yang inheren. Peluang perseroan tumbuh menjadi bank digital sangat besar karena BRI sudah memiliki ekosistem dan memiliki jaringan distribusi yang sangat luas.

"Produk yang akan diciptakan BRI Agro akan cepat disalurkan dan diimplikasikan ke seluruh Indonesia menggunakan distribution network BRI yang sudah mapan," tambah Kaspar.

Dalam pengembangan bank digital secara global, hanya ada tiga bank yang sudah menghasilkan profit saat ini. Dua di antaranya berasal dari Tiongkok yakni MYbank milik Tencent dan Alibank milik Alibaba. Satu lagi ada di Korea Selatan yakni Kakao Bank.

Ketiga bank tersebut bisa tumbuh dan menciptakan keuntungan yang luar biasa karena menempel dalam satu ekosistem spesifik yang sudah berjalan.

Untuk masuk ke bank digital, BRI Agro akan fokus menyasar pekerja sektor informal. Kaspar menjelaskan, pihaknya melihat bahwa ketika pandemi terjadi banyak PHK namun banyak masyarakat yang tetap bisa berkembang  karena mereka masuk ke dalam platform digital.

Misalnya, banyak yang masuk menjadi reseller di e-commerce, guru honorer banyak menciptakan konten dengan bergabung di platform edukasi.

Baca Juga: Transaksi kirim saldo meningkat di masa Lebaran, pemain dompet digital pasang jurus

Berangkat dari kondisi itu, BRI ingin menjadikan BRI Agro sebagai rumah bagi fintech. Apalagi grup ini melalui BRI Ventures sudah berinvestasi di 10 fintech di Indonesia dan semua sudah terintegrasi dengan BRI melalui skema B2B dan B2C. "Dengan begitu layanan keuangan akan selaras dengan sektor informal tadi," ujar Kaspar.

Kaspar menambahkan, peluang bagi BRI Agro melayani sektor informal tersebut sangta besar.  Menurut hitungan perseroan, jumlah pekerja informal yang sudah terhubung dengan platform digital atau disebut dengan pekerja gig ekonomi mencapai 46 juta tahun lalu dan pada tahun 2025 diprediksi mencapai 75 juta dengan total nilai ekonomi mencapai US$ 314 miliar.

Hal lain yang membuat BRI Agro sangat yakin bisa sukses menjadi bank digital karena selama ini sudah memiliki layanan pinjaman digital. Nanti semua layanan perseroan baik pendanaan, payment dan lending akan bisa diakses melalui super apps BRI agro.

Hendra Lembong Direktur BCA juga melihat potensi pertumbuhan Bank Dgital BCA sangat besar. Bank ini di design untuk memfasilitasi kebutuhan nasabah digital savvy yang mayoritas merupakan kelompok milenial yang sudah tidak mau datang ke kantor cabang.

Baca Juga: Nasabah makin sedikit ke kantor cabang, BNI bakal tutup 96 outlet di 2021

"Aplikasi Bank Digital BCA akan diluncurkan akhir bulan ini (Mei). Tahap awal, kami akan mulai dari payment atau funding dulu. Kami mau pastikan dulu experience berjalan bagus dan nasabahnya banyak. Dari situ kemudian akan kita dapatkan data untuk kita pelajari sehingga ketika masuk ke lending bisa berjalan dengan prudent," jelas Hendra.

Sama seperti BRI, BCA juga memiliki perusahaan modal ventura yang berinvestasi di fintech. Nantinya, Bank Digital BCA akan masuk ke bisnis lending dengan bekerjasama secara channeling dulu dengan fintech-fintech.

Data dari hasil kerja sama itu akan dipelajari sebelum resmi meluncurkan bisnis lending yang ditargetkan pada tahun 2022.

Bank Digital BCA kami siapkan memberikan layanan digital tetapi akan tetap terkoneksi ke ATM karena walaupun semua sudah digital pasti sesekali akan membutuhkan transaksi tunai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×