kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing makin gencar akuisisi bank lokal kecil hingga besar


Kamis, 09 Desember 2021 / 09:53 WIB
Investor asing makin gencar akuisisi bank lokal kecil hingga besar
ILUSTRASI. Dominasi cengkeraman investor asing terhadap industri perbankan lokal semakin kuat.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dominasi cengkeraman investor asing terhadap industri perbankan lokal semakin kuat. Bank besar hingga menengah tak luput dari incaran asing. Maklum margin perbankan Indonesia masih paling tinggi di kawasan. 

Di kelas bank besar ada Permata Bank yang dibeli oleh Bangkok Bank asal Thailand pada 2020 silam. Pada segmen menengah, KB Kookmin asal Korea Selatan mengakuisisi Bank Bukopin. 

Kini bank kecil juga makin gemar dilirik dan dibeli oleh investor luar negeri. Investor asal Hong Kong, WeLab, misalnya, baru saja mengakuisisi PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) untuk dijadikan bank digital. Sebelumnya, Sea Group yang berbasis di Singapura telah sukses mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi  yang kini sudah berganti nama menjadi Sea Bank Indonesia. 

Baca Juga: Dominasi Asing di Perbankan Makin Kuat

Maraknya akuisisi bank kecil oleh asing, seiring dengan keinginan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat industri perbankan. Regulator merilis Peraturan OJK (POJK) No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum yang mengatur modal inti bank sedikitnya sebesar Rp 3 triliun pada tahun 2022.

Harapannya, bank kecil bisa bernaung dalam ekosistem bank yang lebih besar. Namun, tak semua bank memilih jalur konsolidasi. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan kelebihan dari konsolidasi antar bank akan membuat industri lebih efisien dan murah karena jumlah bank relatif sedikit. Juga lebih mudah dilakukan namun negatifnya tidak adanya hal baru yang masuk dari aksi ini. 

“Kalau investor asing, secara kekuatan modal, bank akan kuat dan terbantu untuk investasi dan ekspansi bisnis ke depan. Lalu ada alih teknologi, sumber daya manusia, dan pengetahuan dari investor asing kepada bank yang diakuisisi,” ujar Amin kepada Kontan.co.id pada Rabu (8/12). 

Baca Juga: Akuisisi bank semakin semarak jelang pengujung 2021

Ia tidak menampik dampak negatif semakin ramainya investor asing menguasai bank lokal. Ia menyebut industri keuangan menyumbang 90% perekonomian Indonesia. 

“Artinya perekonomian Indonesia tergantung pada industri keuangan khususnya perbankan. Bila asing menguasai perbankan kita, sama saja ekonomi kita dikuasai oleh asing,” papar dia. 

Kendati demikian, Amin tidak setuju bila investor asing dihalangi masuk ke perbankan. Selama dibatasi agar ada alih teknologi, informasi dan SDM yang akan mengakselerasi pertumbuhan industri keuangan Indonesia. 

“Idealnya memang susah karena kondisinya tidak banyak investor lokal yang mau berinvestasi di bank digital yang belum tahu ke depannya bakal seperti apa. Apalagi, bank BUKU I dan II itu, modal seret, tingkat kesehatan biasa saja, sedangkan rasio kredit bermasalah tinggi, dan susah ekspansi,” ujar Amin. 

Baca Juga: Investor Baru Menyeruak di Perbankan Tanah Air

Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot menyatakan regulator tidak mendikotomikan kepemilikan asing dan non asing terhadap bank di Indonesia. Bagi OJK, paling penting pihak tersebut harus mampu menyangga kinerja perbankan secara berkelanjutan dan mampu mendorong penguatan bank. 

Baik melalui skema konsolidasi, peleburan, penggabungan ataupun pengambilalihan. Toh, OJK ingin pada akhirnya perbankan mampu berkontribusi pada perekonomian.

“Terkait dengan sinyal bahwa bank kecil lebih memilih investor asing, dalam pandangan OJK ini semata-mata masalah pertimbangan bisnis dan bukan masalah asing dan non asing.  OJK tentunya akan melakukan fit and proper kelayakan investor manapun untuk menopang sustainability bank, tidak melihat apakah dia asing dan non asing,” jelas Sekar kepada Kontan.co.id pada Rabu (8/12). 

Namun konsolidasi di perbankan dalam negeri tetap terjadi. Hal ini dilakukan oleh Mega Corpora yang merupakan subholding CT Corpora milik konglomerat Chairul Tanjung, pas sektor keuangan. Perseroan memiliki 14 entitas anak, dimana lima di antaranya bergerak di bidang usaha perbankan. Mereka yakni PT Bank Mega Tbk., PT Bank Mega Syariah, PT Bank SulutGo, PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, dan PT Allo Bank Indonesia Tbk.

Baca Juga: Mitranya bangun bank digital di Indonesia, Astra akan kembali masuk ke bisnis bank?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×