kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.197   -17,00   -0,11%
  • IDX 7.101   4,31   0,06%
  • KOMPAS100 1.062   -0,16   -0,01%
  • LQ45 836   -0,04   -0,01%
  • ISSI 215   0,08   0,04%
  • IDX30 427   0,29   0,07%
  • IDXHIDIV20 515   1,86   0,36%
  • IDX80 121   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 125   -0,20   -0,16%
  • IDXQ30 143   0,19   0,13%

Akuisisi bank semakin semarak jelang pengujung 2021


Rabu, 08 Desember 2021 / 11:04 WIB
Akuisisi bank semakin semarak jelang pengujung 2021
ILUSTRASI. Minat investor untuk memiliki bank di Indonesia masih sangat besar, termasuk dari investor asing.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor untuk memiliki bank di Indonesia masih sangat besar, termasuk dari investor asing. Selain karena margin perbankan di Tanah Air yang masih bagus, digitalisasi juga jadi faktor yang mendorong tingginya minat tersebut.

Setelah Emtek Group mengumumkan masuk ke perbankan dengan mengakuisisi 93% saham Bank Fama Internasional, investor asal Hong Kong, WeLab, kini juga ikut hadir dengan mengakuisisi PT Bank Jasa Jakarta (BJJ). 

Bank-bank mini tersebut bakal disulap menjadi bank digital. Namun, belum ada konfirmasi apakah operasional bank-bank di tangan investor barunya ini akan sepenuhnya digital atau fully digital

Mengutip TechCrunch, Selasa (7/10), WeLab telah mengakuisisi 24% saham BBJ dan akan mengakuisisi mayoritas saham bank itu lewat konsorsium yang dinamakan WeLab Sky setelah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). WeLab memimpin konsorsium WeLab Sky dan mengumpulkan dana US$ 240 juta atau sekitar Rp 3,46 triliun untuk mendanai akuisisi BJJ dan pengembangan teknologi di bank tersebut. 

Baca Juga: WeLab akuisisi Bank Jasa Jakarta untuk mengembangkan bank digital di Indonesia

WeLab sebelumnya telah mendirikan bank digital di Hong Kong. Perusahaan fintech ini sebelumnya sudah masuk ke Indonesia lewat pembentukan perusahaan patungan dengan Astra Group yakni PT Astra WeLand Digital Arta (AWDA) sejak April 2018. 

Saat Kontan.co.id mengkonfirmasi apakah Astra lewat kolaborasi dengan WeLab akan kembali ke bisnis perbankan setelah lepas dari Bank Permata, Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti tidak menampik maupun mengiyakan.

Namun, dia mengatakan fokus strategi bisnis Astra saat ini memang memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia layanan finansial  ritel di Indonesia. Astra juga selalu terbuka menjajaki peluang bisnis yang dapat memberikan prospek jangka panjang yang menjanjikan. 

"Kami secara berkala melakukan review atas strategi bisnis Group Astra. Dalam mengambil keputusan, tentu senantiasa memperhatikan kepentingan terbaik seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham kami," ujarnya, Selasa (7/12).

Baca Juga: Mitranya bangun bank digital di Indonesia, Astra akan kembali masuk ke bisnis bank?

Tingginya minat investor untuk mengakuisisi atau mengambilalih bank-bank lokal telah dibenarkan OJK. Hal ini dinilai menjadi bukti bahwa bisnis perbankan masih sangat menarik. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, minat investor yang tinggi masuk ke bisnis perbankan karena didukung juga oleh percepatan digitalisasi yang terjadi saat ini. "Sehingga memang bank bank kita yang sangat menarik dikembangkan untuk menjadi bank-bank digital," katanya, Selasa (30/11).

OJK menyambut positif siapa saja investor yang akan mengakuisisi bank di dalam negeri, termasuk investor asing. Pasalnya, kata Heru, pihaknya tidak mendikotomikan siapa pemiliknya. Fokus OJK adalah pemilik tersebut harus lulus uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terlebih dahulu.

Baca Juga: Profil Bank Jasa Jakarta yang diakuisisi fintech asal Hong Kong

Heru menegaskan, untuk lulus fit and proper test tidaklah mudah. Pertama, OJK harus memastikan dulu bahwa calon pemilik bank tersebut tidak memiliki rekam jejak yang negatif. 

Kedua, calon pemilik bank tersebut harus mempunyai kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bank, komitmennya dalam jangka panjang, termasuk mengatasi berbagai permasalahan yang berpotensi terjadi di kemudian hari, tidak hanya terkait masalah likuiditas tetapi juga dari sisi solvabilitas bank. 

Ketiga, investor tersebut harus berkomitmen memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. "Kalau kita lihat komitmen mereka hanya setengah-setengah tidak akan kita izinkan. Jadi meskipun banyak yang datang, namun OJK akan memilah-milah siapa yang bisa memiliki bank di Indonesia," pungkasnya. 

Saat ini, masih banyak bank-bank kecil yang melakukan penjajakan dengan calon investor strategis untuk masuk membantu permodalan. Secara regulasi, bank umum telah diwajibkan memiliki modal inti Rp 3 triliun per akhir 2022 dan itu mesti dipenuhi Rp 2 triliun akhir 2021. 

Baca Juga: IBC akan akuisisi perusahaan mobil listrik Jerman, Aneka Tambang (ANTM) tunggu kajian

Emtek Group yang juga pemegang saham Grab Indonesia dan Bukalapak menargetkan bisa merampungkan akuisisi Bank Fama pada 28 Desember 2021. Setelah proses akuisisi selesai,  Emtek harus melakukan tambahan modal lagi karena modal inti Bank Fama baru Rp 1,02 triliun per Juni lalu.

Calon Bank Emtek ini dikabarkan bakal dikembangkan menjadi bank digital dan  eks CEO PT Bank CIMB Niaga Tbk Tigor M Siahaan disebut-sebut akan memimpin bank ini.

Senandung Nacita, Corporate Communication Emtek Group belum bersedia mengungkapkan apa rencana perusahaan ini dalam membesarkan Bank Fama ke depan dan kelanjutan penambahan modalnya. "Hingga saat ini,  kami sedang menunggu proses yang sedang berjalan dan  akan memberikan informasi lanjutan sesuai dengan proses yang berjalan," kata Nacita pada KONTAN, Jumat (5/12). 

Selain dua bank tersebut, masih ada beberapa lagi bank kecil yang masih harus cari investor untuk memenuhi aturan modal inti. Beberapa merupakan perusahaan tertutup seperti Bank SBI Indonesia, Bank Index Selindo, Bank Prima Master dan Bank Mayora. 

Baca Juga: OJK sebut minat investor untuk membeli bank di Indonesia sangat besar

Bank Mayora belakangan santer dikabarkan akan diakuisisi oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BNI). Sedangkan Bank Prima Master sebelumnya disebut-disebut akan diakuisisi oleh bank asing. 

Sementara bank kecil yang sudah terdaftar di bursa saham diantaranya ada PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), PT MNC Bank International Tbk (BABP), PT Bank NasionalNobu Tbk, PT Bank Aladin Syariah Tbk, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI).

Ajaib baru-baru ini telah mengakuisisi 24% saham Bank Bumi Arta dan sebelumnya Kredivo sudah menjadi pengendali saham Bank Bisnis dengan kepemilikan saham 40%.  Perusahaan teknologi juga sudah masuk ke bank untuk membangun bank digital seperti Sea Group ke SeaBank Indonesia dan Gojek ke Bank Jago.

Baca Juga: Terkuak, ini alasan Warren Buffett menyebut uang tunai adalah raja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×