Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai, bank-bank asal China menerapkan konsep bisnis yang sedikit berbeda dengan bank besutan korporasi Jepang dan Korea Selatan.
"Bank asal China masuk ke sini dengan menyasar pangsa pasarnya retail konsumer dan komersial, sedangkan bank besutan Jepang dan Korea Selatan banyak menyasar pasar korporasi," jelasnya.
Akan tetapi menurutnya, baik bank besutan China, Jepang, dan Korea Selatan sama-sama menyasar pasar keuangan yang potensial di Indonesia. Selain itu, masih ada banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan.
Senior Vice President LPPI Trioksa Siahaan menambahkan, bank yang paling untung adalah bank yang dapat melakukan efisiensi dengan baik dengan terus meningkatkan pendapatan usaha yang sehat.
"Tren hingga akhir tahun, selaras dengan pertumbuhan kredit yang melandai, tren kinerja bank-bank investor asing di tahun 2023 secara umum masih akan di bawah tahun 2022. Sementara yang memiliki potensi pertumbuhan paling besar menurut saya adalah bank milik inevstor Jepang, karena secara grup usaha lumayan besar dan establish di Indonesia," ungkapnya.
Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, kinerja bank-bank lokal yang saat ini dimiliki investor asing masih belum mampu menyamai bank-bank besar yang sudah memiliki kapitalisasi besar.
Menurut Budi, masih perlu waktu yang lama untuk bank-bank tersebut bisa mengejar mendapatkan keuntungan yang besar. Meskipun, alasan investor-investor asing ini masuk ke Indonesia karena melihat potensi pasar yang besar di Indonesia.
“Sekarang mereka masih kalah besar dan juga jaringan dari bank-bank besar yang sudah memiliki kapitalisasi besar di Indonesia,” ujar Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News