Reporter: Galvan Yudistira, Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Mendekati akhir tahun, sejumlah bank terus mempercantik kinerjanya. Kendati dibayangi tekanan kenaikan risiko dan ketatnya likuiditas, para bankir berupaya kinerja tetap sesuai target.
Kinerja sejumlah bank yang yang sudah melaporkan laporan keuangan bulan Oktober 2016 ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa menjadi bukti. Bank Negara Indonesia (BNI) semisal, per Oktober 2016, mampu mencetak kenaikan laba 23,01% hingga menjadi Rp 8,26 triliun. Pertumbuhan laba itu seiring dengan kenaikan kredit sebesar 21,81% menjadi Rp 354,19 triliun.
Pertumbuhan laba BNI itu sudah di atas target tahun 2016 yang sebesar 20%. Pertumbuhan kredit juga melebihi target BNI sebesar 16%.
Penyaluran kredit BNI ditopang kredit small medium enterprise dan korporasi yang naik 23%. “Sementara bisnis kredit konsumer BNI tumbuh moderat 13%,” tandas Rico Rizal Budidarmo, Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI, Jumat (25/11).
Selain menggeber kredit, cara lain BNI memoles kinerja dengan menaikkan cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN. Per Oktober 2016, CKPN BNI naik 41,18% menjadi Rp 16,18 triliun.
Meski kinerja di atas target, Rico bilang, BNI tetap fokus pada target awal. Sebab, likuiditas akan mempengaruhi kucuran kredit pada akhir-akhir tahun ini.
Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengerek penyaluran kredit agar kinerja tetap memenuhi target. Per Oktober 2016, laba BTN naik 32,92%, dan kredit tumbuh 15,89%. Sebagai perbandingan, target kenaikan laba dan kredit BTN tahun ini masing-masing 30% dan 18%–20%.
Direktur BTN Oni Febriarto Rahardjo bilang, kredit BTN disokong oleh permintaan yang bagus kredit konstruksi dan kredit pemilikan rumah. “Laba juga meningkat karena efisiensi dalam biaya dana dan operasional,” kata Oni.
Dia yakin target akhir tahun bisa tercapai. Bank ini juga menaikkan CKPN sebesar 8,95% menjadi Rp 2,16 triliun untuk menopang kinerja.
Memperbaiki kualitas kredit memang menjadi pekerjaan rumah bankir tahun ini. Itu pula beberapa bank besar tertekan kinerjanya karena harus menyediakan pencadangan yang cukup besar.
Contoh, Bank Mandiri. Riset BCA Sekuritas yang dipublikasikan 24 November menyebut, dana provisi Bank Mandiri diprediksi naik menjadi Rp 22 triliun, lebih tinggi dari target Rp 20 triliun. "Angka tersebut hanya perhitungan analis," tandas Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News