Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan yang padat, saham bank-bank besar tercatat mengalami rebound. Kenaikan harga saham tersebut tak terlepas dari beberapa agenda yang terjadi di pekan ini yaitu pengumuman BI-rate hingga RUPSLB dari beberapa bank milik negara.
Pada perdagangan saham Senin (15/12/2025), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan kenaikan lebih dari 4%. BBNI naik hingga 4,72% menjadi Rp 4.440 per saham dan BBRI naik hingga 4,13% menjadi Rp 3.780 per saham.
Menyusul, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga mengalami kenaikan sekitar 3,75% menjadi Rp 8.300 per saham. Terakhir, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melengkapi kenaikan harga saham di awal pekan ini sekitar 3,53% menjadi Rp 4.990 per saham.
Baca Juga: Jelang RDG BI Saham Big Banks Kompak Menguat
Di sisi lain, investor asing juga tercatat melakukan net buy di awal pekan ini untuk empat saham bank KBMI 4 ini. Secara total, net foreign buy yang dicatatkan untuk keempat saham ini mencapai sekitar Rp 662,43 miliar, mayoritas terjadi di BMRI senilai Rp 211,79 miliar.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat kenaikan yang terjadi pada saham big banks ini salah satunya memang disebabkan oleh masuknya investor asing. Menurut Indy, fenomena tersebut terjadi karena ada harapan penurunan BI-rate di pekan ini.
Meski demikian, Indy bilang investor juga tetap melihat proyeksi pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia. Di mana, ia menyebutkan perlunya stimulus nyata agar pertumbuhan kredit bisa lebih kencang lagi.
“Kemungkinan BI menurunkan BI-rate tetapi kalau menurunkan juga dampaknya bertahap ke kenaikan saham perbankan,” ujar Indy.
Sementara itu, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer bilang agenda penetapan BI-rate dan RUPSLB Himbara pada minggu ini memang menjadi sentimen jangka pendek bagi saham perbankan.
Baca Juga: Saham Big Banks Kompak Rebound pada Kamis (24/7), Cek Rekomendasi Analis
Hanya saja, kata Mifta, dampaknya cenderung lebih ke arah stabilisasi ketimbang katalis lonjakan harga.
Mifta memproyeksikan jika BI kembali menurunkan suku bunga bisa memberikan sentimen positif karena membuka ruang perbaikan likuiditas, menurunkan cost of fund, dan mendukung pertumbuhan kredit di periode mendatang.
Selain itu, ia juga memperhatikan, arus dana asing kemungkinan masih selektif dan volatil hingga akhir tahun karena faktor global dan kebutuhan rebalancing portofolio. Alhasil, tekanan jual asing belum sepenuhnya hilang meski valuasi big banks sudah relatif menarik.
“BBCA akumulasi dengan target harga 12 bulan di Rp 9.100 dan BBRI akumulasi dengan target harga 12 bulan di Rp 4.620,” ujarnya.
Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi sependapat bahwa penurunan BI-rate memang bisa menjadi sentimen positif bagi saham perbankan, namun tidak instan.
Baca Juga: Menebak Arah BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Oktober 2025
Dalam hal ini, ia menyoroti dampak dari penurunan BI-rate akan secara gradual untuk membantu penurunan cost of fund dan NIM perbankan.
Oleh karena itu, ia menilai untuk jangka pendek kemungkinan saham perbankan tetap memiliki volatilitas tinggi. Alasannya, asing masih berhati-hati untuk masuk di saham perbankan mengingat pertumbuhan kredit juga moderat.
“Jadi net sell bisa lanjut jangka pendek, kecuali ada trigger makro yang lebih kuat,” ujarnya.
Selain itu, Wafi menilai agenda RUPSLB di beberapa bank milik negara juga memiliki efek yang minim ke harga saham. Mengingat. agendanya lebih administratif dan struktural, artinya tidak ada game changer ke fundamental jangka pendek.
Untuk rekomendasinya sendiri, ia melihat BBCA dinilai paling aman untuk jangka panjang dan BMRI dinilai menjadi yang paling siap dengan fase penurunan suku bunga.
Sementara itu, untuk BBRI, Wafi menilai masih ada tekanan dari UMKM meski valuasi mulai menarik.
Selanjutnya: Pemerintah Tambah Anggaran Belanja Tidak Terduga Rp 268 Miliar untuk Bencana Sumatra
Menarik Dibaca: Menu Diet Turun Berat Badan Tanpa Nasi untuk Seminggu, Coba yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













