Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perlambatan ekonomi tidak berimbas besar terhadap pertumbuhan bisnis layanan nasabah kaya atau populer disebut wealth management. Selera nasabah tajir yang getol memutar uang di sederet portfolio investasi ini memberi berkah bagi pertumbuhan bisnis wealth management bank.
Tengok saja Bank Negara Indonesia (BNI). Purnomo B. Soetadi, EVP Customer Management dan Marketing BNI mengatakan, jumlah nasabah kaya di BNI Emerald mencapai 21.000 orang hingga akhir tahun lalu. Sementara, dana kelolaan nasabah kaya ini naik menjadi Rp 48 triliun.
"Jumlah nasabah tumbuh 19%, sementara jumlah dana kelolaan naik 18%," ujar Purnomo kepada KONTAN, pekan lalu. Pencapaian tinggi di tahun lalu membuat BNI optimistis mematok target tinggi.
Hingga akhir tahun nanti, BNI berharap total nasabah naik 22%. Sedangkan, total dana kelolaan diyakini mampu tumbuh sebesar 20%.
Pertumbuhan bisnis nasabah kaya juga meningkat di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI menjelaskan, jumlah nasabah wealth management BRI sebanyak 26.092 nasabah hingga akhir tahun 2014. Sementara dana kelolaan sebesar Rp 36,7 triliun. Realisasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 10%, baik dari sisi nasabah maupun dana kelolaan.
Setali tiga uang dengan BNI, bank spesialis kredit mikro ini membidik pertumbuhan bisnis lebih tinggi ketimbang tahun lalu. BRI optimistis, bisa memacu pertumbuhan bisnis wealth management 16%-18%, persis seperti pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).
Ka Jit, Senior Executive OCBC NISP juga optimistis membidik target pertumbuhan dana kelolaan dan jumlah nasabah kaya. Per Desember 2014, jumlah nasabah kaya NISP telah mencapai 20.000 nasabah, dengan dana kelolaan lebih dari Rp 7 triliun. "Tahun 2014 tumbuh di atas 10%," ujar Ka Jit.
Bank asing pun menerima berkah dari pertumbuhan orang kaya Tanah Air. Ivan Jaya, SVP Head of Wealth Management Citibank Indonesia mengungkapkan, pertumbuhan jumlah nasabah tajir Citigold sebesar 47% di sepanjang tahun 2014. Tahun ini Citibank menargetkan pertumbuhan nasabah sebesar 25%.
Menawarkan beragam instrumen investasi menjadi salah satu strategi andalan bank. Ka Jit mengatakan, nasabah kaya NISP menyukai investasi di reksadana, obligasi dan bancassurance. Sedikit berbeda, Purnomo mengatakan, sebagian besar nasabah tajir BNI menempatkan dananya di deposito.
"Kami menyediakan alternatif investasi lain yang menawarkan return lebih menarik seperti reksadana dan obligasi, jika tahun ini suku bunga deposito mulai menurun secara bertahap," ujar dia.
Sementara, BRI fokus menjajakan produk deposito dan bancassurance kepada nasabah kaya. Saat ini, dua produk ini diminati oleh sebagian besar nasabah tajir BRI. Tapi, BRI juga menawarkan instrumen investasi lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News