kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jurus sejumlah fintech P2P lending menekan NPL pada tahun ini


Selasa, 30 Maret 2021 / 21:45 WIB
Jurus sejumlah fintech P2P lending menekan NPL pada tahun ini
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemain peer to peer lending mengaku terus memperhatikan keamanan pemodal dalam berinvestasi dengan selalu menjaga kualitas kredit yang disalurkan agar tepat sasaran.

Mereka juga memiliki skema untuk memitigasi risiko kredit macet para peminjam dana (borrower). Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keberhasilan bayar dalam tempo 90 hari (TKB90) 100% atau risiko gagal bayar (NPL) 0%.

CEO & Co Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, posisi NPL Akseleran saat ini berada pada posisi kurang dari 0,2% dari total penyaluran.

"Proyeksi tahun ini tetap sekitar itu. Kita make sure NPL akan terus di bawah 1% ke depannya," kata Ivan kepada kontan.co.id, Selasa (30/3).

Baca Juga: Modalku targetkan total penyaluran pinjaman hingga Rp 30 triliun pada 2021

Ia mengungkapkan, Akseleran terus berupaya menjaga kualitas pinjaman pada tahun ini dengan menerapkan penilaian kredit yang prudent dan berfokus kepada cashflow calon peminjam (borrower).

Sebagai antisipasi lainnya di masa pandemi, Akseleran menjadikan produk invoice financing sebagai yang mayoritas sebesar 60% dibandingkan pre-invoice financing sebesar 40%.

"Dengan demikian, diharapkan dapat menekan total NPL Akseleran tetap berada di bawah 1% di akhir tahun 2021. Selain itu saat ini hampir seluruh pinjaman di Akseleran diproteksi dengan asuransi kredit yang melindungi sampai dengan 90% pokok pinjaman," jelas Ivan.

Pihaknya melihat untuk tren NPL akan terus di bawah 1% karena produk Akseleran cukup terukur risikonya mengingat sebagian besar pinjaman Akseleran bentuknya invoice financing, yang sudah jelas sumber pembayarannya, yaitu dari pembayaran invoice oleh payroll. "Apalagi ada asuransi kredit uang melindungi hampir seluruh pinjaman kami," ujar Ivan.

Tahun ini sampai dengan Februari 2021 Akseleran sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 220 miliar. Kalau kumulatif dari awal berdiri sudah sekitar Rp 2,2 triliun. Tahun ini Pihaknya memproyeksikan bisa salurkan sampai Rp 2 triliun.

Baca Juga: ​Awas tertipu! Ini 7 Tips menghindari pinjaman online ilegal

Sementara itu, Dima Djani, CEO PT Alami Fintek Sharia (Alami) menyatakan, saat ini NPL ALAMI masih 0%. Pihaknya menargetkan penyaluran di tahun ini sebesar Rp 1 triliun, sementara realisasi pada 2020 sekitar 240 miliar

"Dalam menjaga tingkat kesehatan pinjaman dan memitigasi risiko kredit macet, kami menjaga asuransi kredit dan menyasar sektor-sektor yang tahan terhadap pandemi. Selain itu dengan screening dan monitoring yang baik," ungkap Dima.

CEO Alami Dima Djani menyatakan, pada awal tahun ini, Alami sudah menyalurkan pinjaman usaha lebih dari Rp 100 miliar. Sementara di 2020 lalu pihaknya telah salurkan sekitar Rp 250 miliar. "Jadi memang tahun 2021 kita berkembang secara pesat," kata Dima.

Ia mengatakan, pihaknya akan fokus ke industri yang defensif dan risk assessment yang sangat berhati-hati. Menurutnya, tren akan tambah baik di 2021 karena bisnis juga sudah beradaptasi dengan situasi pandemi yang ada. Pihaknya menargetkan bisa naik 3x-5x dari 2020.

"Dari kami tentunya industri yang halal alias tidak dilarang di syariah. Sisanya kita fokus ke kesehatan, logistik dan makanan," ujar Dima.

Iwan Kurniawan, Co-Founder & COO Modalku mengatakan, NPL Modalku di Indonesia masih di bawah 1%.  Modalku menerapkan beberapa langkah antisipasi untuk mencegah default yaitu dilakukan dengan assessment, monitoring, dan collection. Untuk assessment dilakukan secara menyeluruh saat pengajuan pinjaman untuk memastikan peminjam memiliki kemampuan melunasi pinjaman.

"Setelah peminjam UMKM mendapatkan pinjaman, Modalku melakukan monitoring secara rutin dengan berkomunikasi secara reguler dengan peminjam dan bila terdapat kendala bisnis dapat mendukung untuk menemukan solusi, apabila pembayaran tidak lancar. Ketika peminjam terlambat membayar, Modalku akan membantu solusi pemenuhan kewajiban melalui aktivitas collection," jelasnya.

Baca Juga: Ajaib raup pendanaan Seri A hingga US$ 90 Juta

Selain itu, pihaknya juga selalu menerapkan prinsip responsible lending dalam memberikan pinjaman, di mana Modalku melakukan penilaian secara ketat terhadap UMKM yang ingin mengajukan pinjaman dan kemampuan finansial mereka untuk melunasi pinjaman.

Hal tersebut di lakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pendana yang meminjamkan dananya melalui Modalku.

Di tahun 2021 diharapkan menjadi tahun yang berpotensi bagi kebangkitan ekonomi di Indonesia serta perkembangan bisnis Modalku. Walaupun pandemi belum berakhir, masyarakat sudah mulai terbiasa dengan cara baru sehingga mereka memiliki keyakinan untuk bangkit bersama usahanya.

Penetrasi digital yang terus meningkat juga menjadi potensi bagi bisnis Modalku di mana masyarakat sudah lebih paham mengenai manfaat fintech.

Fokus utama Modalku di tahun ini adalah menjangkau lebih banyak UMKM serta pendana melalui inovasi produk serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk tetap bisa bertumbuh secara positif di tahun ini.

"Beberapa layanan baru juga sedang kami persiapkan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing- masing target konsumen kami," tambahnya.

Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, dan Thailand dengan nama Funding Societies. Sampai saat ini, Grup Modalku telah berhasil mencapai penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp 22, 4 Triliun kepada lebih dari 4 juta transaksi pinjaman UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×