Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor jasa keuangan digital kini menjadi salah satu pilar utama ekonomi digital Indonesia. Berdasarkan laporan SEA e-Conomy 2025 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, sektor jasa keuangan digital atawa digital financial services (DFS) mencatat pertumbuhan sebesar dua digit.
Bahkan, sektor jasa keuangan digital di Indonesia menjadi sektor pembayaran digital terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Gross transaction value (GTV) sektor ini diproyeksikan akan melonjak hingga US$ 538 miliar pada 2025.
Skala pertumbuhan pesat ini didorong oleh perluasan berkelanjutan sistem pembayaran nasional berbasis QR, yakni QRIS. Sistem pembayaran ini berhasil menyatukan pasar dan mendorong adopsi digital secara luas.
Uniknya, sejatinya tingkat kepercayaan konsumen Indonesia terhadap sektor keuangan digital belum terlalu tinggi. Laporan SEA e-Conomy 2025 mendapati, hampir setengah konsumen Indonesia, atau sekitar 46%, masih menaruh kepercayaan lebih rendah terhadap pemain keuangan digital dibandingkan bank tradisional.
Baca Juga: Salesforce Ungkap Tren Terbaru Sektor Jasa Keuangan Indonesia Seiring Peluang AI Agen
Dengan demikian, membangun hubungan yang mendalam dan berorientasi nilai menjadi kunci bagi pertumbuhan berkelanjutan sektor ini ke depan.
Toh, tak bisa dipungkiri, sektor ini tumbuh pesat. Pembiayaan digital di Indonesia bahkan mencatat laju pertumbuhan tercepat di kawasan. Rerata pertumbuhan tahunan tercatat mencapai 29% dan diperkirakan mencapai US$ 13 miliar pada 2025.
Meskipun Indonesia memimpin dari sisi kecepatan pertumbuhan, nilai buku pinjaman secara absolut masih berada di bawah negara tetangga. Nilai saldo buku pinjaman Indonesia baru mencapai US$ 13 miliar di 2025, di bawah Malaysia yang mencapai US$ 14 miliar dan Thailand yang sebesar US$ 17 miliar.
Untuk menutup kesenjangan ini, Google, Temasek, dan Bain menilai, platform dapat mengarahkan strategi mereka ke pembiayaan modal kerja bagi usaha mikro dan kecil, dengan menghadirkan akses keuangan langsung bagi mitra pedagang dan pengemudi di titik kebutuhan.
Baca Juga: Aktivitas Sektor Jasa China dan Jepang Meningkat ke Laju Tertinggi
Fokus ini juga mulai terlihat di tingkat regional, di mana bank virtual baru di Thailand dan Malaysia telah mengumumkan rencana untuk memprioritaskan segmen yang sama.
Dana kelolaan alias asset under management (AUM) investasi online juga meningkat 25% di 2025, mencapai US$ 6 miliar. Pertumbuhan tersebut stabil dibanding 2024, di mana AUM investasi online juga meningkat 25%. Di 2030, AUM investasi online diprediksi mencapai US$ 45 miliar.
Ekuivalen premi tahunan atawa annual premium equivalent (APE), alias pendapatan premi disetahunkan, serta premi bruto tertulis atawa gross written premium (GWP), alias total pendapatan premi dari semua polis, untuk asuransi online tumbuh 18% di 2025. Di 2024, pertumbuhannya sekitar 11%.
Di 2030 nanti, nilai APE dan GWP asuransi online diprediksi mencapai US$ 0,6 miliar.
Selanjutnya: WIKA: Progres Proyek Jakarta Sewerage Development Project Zona 1 Capai 37,21%
Menarik Dibaca: Barang Paling Laku di 11.11 Lazada, Promonya Masih Berlanjut hingga Hari Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













