kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.663.000   13.000   0,79%
  • USD/IDR 16.290   59,00   0,36%
  • IDX 7.024   -49,23   -0,70%
  • KOMPAS100 1.030   -6,74   -0,65%
  • LQ45 801   -8,54   -1,05%
  • ISSI 212   0,00   0,00%
  • IDX30 415   -6,10   -1,45%
  • IDXHIDIV20 501   -4,74   -0,94%
  • IDX80 116   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 121   -0,50   -0,41%
  • IDXQ30 137   -1,60   -1,16%

Kinerja Keuangan Tak Sesuai Ekspektasi, Akankah Saham Big Banks Kembali Ditinggalkan?


Rabu, 05 Februari 2025 / 19:44 WIB
Kinerja Keuangan Tak Sesuai Ekspektasi, Akankah Saham Big Banks Kembali Ditinggalkan?
ILUSTRASI. Bank Mandiri mengumumkan kinerja di sepanjang 2024 dengan cetak laba Rp 56,67 triliun


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mencatatkan pertumbuhan laba sepanjang 2024, kinerja bank-bank besar di periode tersebut kurang cemerlang. Bahkan, catatan laba mereka pun berada di bawah konsensus analis.

Terbaru, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melaporkan telah cetak laba senilai Rp 55,78 triliun di sepanjang 2024. Adapun, bank dengan kode emiten BMRI ini mencatat pertumbuhan laba sekitar 1,31% secara tahunan (YoY).

Catatan laba Bank Mandiri tersebut juga berada di bawah ekspektasi konsensus analis. Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis memproyeksikan laba Bank Mandiri bisa mencapai Rp 56,67 triliun.

Salah satu yang membuat pertumbuhan laba Bank Mandiri tertahan adalah naiknya biaya provisi yang mereka miliki. Secara tahunan, kenaikannya menjadi 17,5% menjadi Rp 11,93 triliun.

Tak hanya itu, pendapatan bunga bersih dari Bank Mandiri pun juga hanya mampu tumbuh mini. Pertumbuhan pada pos tersebut hanya tumbuh 6,12% YoY menjadi Rp 101,76 triliun, karena beban bunga mereka membengkak hingga 35% YoY menjadi Rp 49,48 triliun.

Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengungkapkan bahwa di tahun ini pihaknya bakal mengoptimalkan dana murah sebagai prioritas strategi untuk menekan beban bunga. Di mana, rasio dana murah yang dimiliki Bank Mandiri saat ini berada di level 80,3%.

Baca Juga: Transaksi Valas di Perbankan Melonjak Akibat Tren Pelemahan Rupiah

“Kami akan fokus pada penguatan dana murah yang berbasis transaksional dengan meningkatkan volume transaksi nasabah baik potensial maupun ritel,” ujar Sigit, Rabu (5/2).

Ia menambahkan salah satu pendekatan utamanya dalam mencapai tujuan tersebut adalah mendorong nasabah untuk menjadikan Bank Mandiri sebagai main operational bank. Di mana, menekankan pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem, dengan secara efektif mengoptimalkan seluruh potensi dari bisnis turunannya dan nasabah. 

“Kami juga akan terus mendorong ekspansi dari fee-based income yang berasal dari transaksi nasabah melalui digital channel kami, baik untuk nasabah korporasi maupun retail,” ujarnya.

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga telah mencatatkan laba bersih Rp 21,46 triliun di 2024. Laba tersebut mengalami pertumbuhan 2,7% secara YoY, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,5% YoY.

Sama halnya dengan Bank Mandiri, kinerja laba BNI di 2024 juga berada di bawah konsensus analis Bloomberg. Sebab, ekspetasi para analis untuk kinerja laba BNI di 2024 bisa tembus hingga Rp 24,22 triliun.

Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan juga memiliki fokus yang sama dengan Bank Mandiri di 2025 ini. Mereka bakal menjaga pertumbuhan laba tahun 2025 dengan memperkuat dana pihak ketiga (DPK) berbasis dana murah sebagai kontributor utama bisnis.

Sebagai gambaran, pendapatan bunga bersih BNI tercatat turun 1,9% YoY menjadi Rp 40,48 triliun. Ini sejalan dengan rasio Net Interest Margin (NIM) yang turun 34 basis poin (bps) menjadi 4,2%.

“Ini bertujuan untuk memastikan profitabilitas jangka panjang mengingat efisiensi biaya dana akan mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan menjaga margin bunga,” ujar Putrama.

Di periode yang sama, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) telah membukukan laba sepanjang 2024 senilai Rp 54,8 triliun. Lagi-lagi, kinerja tersebut juga di bawah ekspektasi konsensus analis yang memproyeksikan laba bank swasta terbesar ini bisa mencapai Rp 59,25 triliun.

Baca Juga: Bos Bank Mandiri Beri Kisi-Kisi Dividen, Nilainya Bisa Segini

Kini, tinggal menunggu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang belum melaporkan kinerja keuangan sepanjang 2024 di kalangan bank big caps. Entah akan bernasib sama dengan yang lain atau tidak, hanya saja konsensus analis memasang proyeksi laba BRI cukup tinggi hingga Rp 61 triliun.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan membenarkan bahwa kinerja-kinerja bank ini meleset dari proyeksi para analis. Beberapa faktor di antaranya adalah permintaan kredit yang lebih lambat dari ekspektasi  dan  kenaikan beban pencadangan karena risiko kredit yang meningkat 

Hanya saja, perlambatan kinerja tersebut sejatinya sudah diproyeksikan sejak kuartal III-2024. Di mana, kala itu asing sudah melakukan aksi penjualan secara masif dan penurunan harga saham pun tak terelakkan. 

Oleh karena itu, ia melihat efek dari kinerja perbankan secara full year di 2024 tidak akan banyak berdampak pada harga saham mereka. Sebab, ada kepercayaan di 2025, kinerja emiten perbankan bisa kembali tumbuh.

“Market sudah cukup menghukum saham-saham bank,” ujar Ekky.

Ia pun melihat untuk kuartal I-2025 ini, ada potensi penguatan saham perbankan, terutama saham BRI yang sudah turun signifikan. Di mana, ia menargetkan harga BRI untuk tahun ini bisa mencapai Rp 4.500 hingga Rp 4.600

“Bank Mandiri di kisaran Rp 5.400-Rp 5.500 ini akan ada teknikal rebound lah buat besok,” ujar Ekky.

Sementara itu, CEO Edvisor Praska Putrantyo mengungkapkan kinerja keuangan bank di 2024 banyak dibayangi sentimen-sentimen domestik yang membuat kredit pun agak sedikit lambat. Di sisi lain, ada juga pengaruh dari kebijakan penghapusan kredit UMKM.

Hanya saja, ia lebih optimistis kinerja perbankan di 2025 memiliki cukup banyak sentimen positif. Misalnya, penurunan suku bunga acuan BI yang di awal tahun diharapkan pertumbuhan kredit dapat meningkat lagi.

Tak hanya itu, ia melihat ada dampak positif adanya Badan Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara yang resmi sudah masuk dalam UU BUMN terbaru. Menurutnya, Danantara ini akan membantu dalam optimalisasi pengelolaan dividen, menyetujui restrukturisasi, serta menyusun rencana kerja dan anggaran. 

“Regulasi ini diharapkan dapat mempengaruhi optimalisasi aset emiten-emiten perbankan,” tambahnya.

Selanjutnya: Pembiayaan Baru Adira Finance Capai Rp 36,6 Triliun di 2024, Ditopang Segmen Otomotif

Menarik Dibaca: Fitur Baru Fox Logger untuk Optimalkan Penggunaan Bahan Bakar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×