Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank milik taipan mencatatkan kinerja yang tak terlalu menggembirakan di tahun 2018. Laba beberapa bank milik konglomerat ini menurun dibanding tahun 2017.
Ambil contoh misalnya, PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang membukukan laba bersih sebesar Rp 437,41 miliar tahun lalu. Jumlah ini menyusut sebanyak 35,23% dari periode tahun sebelumnya Rp 675,4 miliar.
Penurunan ini menurut Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi yang dimuat Kontan, Senin (4/3) disebabkan adanya peningkatan pencadangan perseroan yang meningkat. Hal ini dilakukan Bank Mayapada untuk penerapan IFRS 9 atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 di tahun 2020 sebesar lebih dari Rp 500 miliar.
"Akibatnya, kami harus menurunkan laba yang diperoleh tahun lalu," katanya.
Asal tahu saja, PSAK 71 merupakan standar akuntansi internasional yang diwajibkan bagi perbankan oleh regulator. Dalam aturan ini, perbankan memang harus menghitung ulang CKPN dengan kombinasi data kerugian historis, kondisi aset saat ini dan prediksi kondisi ekonomi di masa depan.
Meski laba tersedot, bukan berarti bank Mayapada akan kekurangan modal. Haryono menyebutkan tahun ini pihaknya akan melakukan aksi korporasi berupa penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada kuartal III 2019. Dana yang diincar mencapai Rp 2 triliun.
Rencananya, pelaksanaan rights issue tersebut akan menggunakan laporan keuangan semester I-2019. Di samping itu, tahun ini bank masih akan menghadapi sejumlah tantangan seperti likuiditas dan permintaan kredit.
Agar tetap menjaga kinerja, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini mempunyai strategi, yakni menjaga rasio dana murah (CASA) sambil meningkatan pendapatan berbasis komisi untuk menopang laba.
Adapun untuk kredit bank bersandi bursa MAYA ini hanya mematok pertumbuhan satu digit. Sementara dari sisi kredit, tahun lalu Bank Mayapada membukukan realisasi kredit Rp 65,66 triliun atau tumbuh 16,39% secara year on year (yoy). Sementara aset perseroan naik dari Rp 74,74 triliun menjadi Rp 86,97 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh 16,35% yoy.
Dari segi rasio keuangan, meski masih tinggi non performing loan (NPL) gross menyusut ke level 5,54% dari 5,65% dan secara net turun ke 3,26% dari tahun sebelumnya 4,2%.
Selain Bank Mayapada, PT Bank Mayora juga mencatat penurunan laba bersih di tahun lalu. Kendati tipis, laba bersih perseroan turun menjadi Rp 31,95 miliar dari tahun 2017 Rp 34,14 miliar alias susut 6,41% yoy. Hal ini utamanya disebabkan adanya peningkatan dari sisi beban operasional perseroan sebesar 5,28% yoy menjadi Rp 240,24 miliar.
Sementara dari sisi kredit tumbuh tipis 2,95% yoy menjadi Rp 4 triliun. Sejalan dengan hal itu, aset tumbuh stagnan menjadi Rp 6,07 triliun. NPL gross juga membaik menjadi 2,68% dari 2,98%. Sementara net interest margin (NIM) menyusut ke 5,24% di 2018 dari tahun sebelumnya 5,39%.
Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan tahun ini pihaknya yakin kinerja akan semakin membaik. Sejalan dengan perbaikan tata kelola yang dilakukan perusahaan. Kredit tahun ini diprediksi tumbuh 12,5% yoy di 2019 dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,66%. Adapun, laba dipatok melesat naik 26,58% di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News