Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Klaim asuransi kesehatan masih berpotensi naik tinggi di tengah pelemahan rupiah. Pasalnya, pelemahan rupiah bisa mengerek harga produk farmasi yang banyak memakai bahan baku impor.
Sebelumnya, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, klaim asuransi kesehatan pada semester I-2024 naik signifikan sebesar 26% secara tahunan alias year-on-year (yoy), menjadi Rp 11,83 triliun.
Menanggapi hal ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) menyebutkan, hingga November 2024, telah membayarkan klaim senilai Rp 1,1 triliun untuk lebih dari 261.000 kasus klaim, termasuk klaim manfaat asuransi kesehatan, penyakit kritis dan meninggal dunia.
Baca Juga: OJK Optimistis Industri Asuransi dan Dana Pensiun akan Prospektif pada 2025
“Dari total keseluruhan angka klaim tersebut, 79%-nya merupakan klaim kesehatan yang secara nominal klaim kesehatan ini meningkat 15,2% secara year on year (yoy) atau dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya,” kata Chief Marketing Officer Generali Indonesia, Vivin Arbianti Gautama kepada Kontan, Jumat (20/12).
Lebih lanjut, Vivin mengatakan bahwa perusahaan percaya peran serta berbagai pemangku kepentingan sangat penting dalam mengantisipasi risiko inflasi medis yang terjadi saat ini.
Menurutnya, salah satu cara untuk menekan dampak inflasi medis adalah dengan mengedukasi nasabah dan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan untuk meningkatkan produktivitas.
Untuk total pembayaran klaim, hingga November 2024, Generali Indonesia telah membayarkan klaim senilai Rp 962 miliar untuk lebih dari 213.000 kasus klaim yang terdiri dari klaim meninggal dunia, klaim kesehatan dan klaim penyakit kritis.
“Secara nominal, pembayaran klaim ini mengalami kenaikan sebesar 12% (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Astra Life Bayar Penuh Klaim Nasabah Senilai Rp 5 Miliar
Dengan begitu, Vivin optimistis pertumbuhan industri asuransi termasuk Generali Indonesia akan semakin positif di tahun 2025. Selain itu, faktor kebijakan regulator serta perekonomian juga memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan dan penetrasi asuransi.
Selaras dengan hal ini, PT Axa Insurance Indonesia juga menyampaikan bahwa hingga November 2024, klaim asuransi kesehatannya mencapai lebih dari Rp 200 miliar.
“Di mana, kami telah membayarkan kepada lebih dari 50.000 peserta asuransi kesehatan AXA Insurance Indonesia,” kata Direktur AXA Insurance Indonesia, Edwin Sugianto kepada Kontan, Jumat (20/12).
Terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar atau mata uang asing lainnya, Edwin menilai hal ini tentu dapat berpotensi meningkatkan biaya klaim, terutama jika klaim tersebut mencakup layanan medis internasional atau obat-obatan yang diproduksi di luar negeri.
Selain itu, dia menuturkan, biaya rawat jalan, rawat inap, dan perawatan medis internasional juga dapat mendorong nilai klaim lebih tinggi.
“Namun, kami sebagai pelaku bisnis asuransi, tidak secara langsung melakukan penyesuaian harga terhadap keadaan market karena kami mengutamakan pengalaman nasabah dalam berasuransi,” imbuhnya.
Untuk itu, AXA Insurance telah menerapkan beberapa strategi untuk menekan biaya klaim kesehatan, di antaranya yaitu meningkatkan program pencegahan, edukasi kesehatan, dan edukasi keuangan pengelolaan risiko kepada nasabah seperti menjalin kerja sama dengan rumah sakit dan penyedia layanan medis untuk mendapatkan tarif yang lebih kompetitif sehingga manajemen klaim lebih efisien.
Baca Juga: OJK Siapkan Strategi untuk Perbaiki Produk Asuransi Kesehatan
Selanjutnya, Edwin bilang, strategi lainnya yakni dengan mengimplementasikan beberapa rencana kesehatan sesuai kebutuhan nasabah dengan manfaat yang jelas di antaranya seperti menggunakan teknologi untuk pengelolaan klaim secara efisien, sehingga mencegah adanya potensi kecurangan.
“Kami juga menerapkan sistem layanan kesehatan melalui telekonsultasi dan telemedicine,” ungkapnya.
Dengan begitu, Edwin mengatakan bahwa prospek kinerja AXA Insurance pada tahun 2025, masih akan bergantung pada tren di pasar (market), pertumbuhan ekonomi, dan preferensi nasabah ke depannya.
“Kami mempelajari bahwa saat ini masyarakat lebih terbuka dan menyadari akan pentingnya memiliki perlindungan kesehatan. Masyarakat menginginkan sesuatu yang lebih personalized,” kata dia.
Maka untuk menjawab kebutuhan pasar, Edwin menuturkan bahwa AXA Insurance sedang dalam proses melakukan penyesuaian manfaat produk asuransi kesehatan untuk memberikan perlindungan yang optimal dengan harga kompetitif.
Sementara itu, PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) sudah tidak menawarkan atau menjual produk asuransi kesehatan sejak tiga tahun lalu, lantaran persaingan harga yang sudah kurang sehat.
Selanjutnya: AAJI: PSAK 117 Jadi Upaya Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Perasuransian
Menarik Dibaca: Harga Sudah Tinggi, Robert Kiyosaki Bilang Belum Terlambat untuk Mulai Beli Bitcoin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News