Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) konsisten tumbuh. Ini memunculkan kembali harapan di publik agar rencana spin off BTN Syariah perlu segera dilakukan.
Ekspektasi itu muncul salah satunya dari Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat.
Ia menilai kehadiran BTN Syariah dapat menjadi penyeimbang PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sehingga kompetisi menjadi lebih sehat.
“Prinsipnya, semakin cepat terwujud bakal semakin baik mengingat potensi pasar industri keuangan syariah yang tumbuh pesat,” kata Emir, dalam keterangan resmi, Kamis (5/12).
Baca Juga: BTN Sebut Rencana Akuisisi Bank Syariah Masuk Tahap Finalisasi
Emir menjelaskan, ada sejumlah faktor mengapa spin off BTN Syariah harus dipercepat.
Pertama dari sisi regulasi bahwa spin off sudah memungkinkan, karena total aset BTN Syariah sudah lebih dari Rp 50 triliun. Bahkan, nilainya sudah mencapai Rp 58 triliun hingga kuartal III-2024.
Faktor kedua, Emir melihat spin off akan menambah kekuatan BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Apalagi, minat masyarakat terhadap KPR Syariah semakin tinggi.
Dalam hal ini, jika BTN Syariah sudah beroperasi sebagai Bank Umum Syariah (BUS), Emir melihat ini punya lebih banyak peluang untuk meningkatkan fungsi intermediasi, termasuk mencari sumber pendanaan alternatif.
“Di sisi lain akan ada penerapan kebijakan loan to value (LTV) KPR perumahan hingga 100% atau pembeli rumah tanpa dipungut uang muka (down payment/DP), maka ini menjadikan BTN Syariah menjadi BUS sangat dibutuhkan,” terangnya.
Faktor lainnya, menurut Emir, spin off akan mempercepat pertumbuhan BTN sebagai induk ke depan. Dengan spin off, BTN bisa menciptakan unlock value BTN Syariah, sehingga akhirnya memperbesar aset dan kinerja keuangan BTN selaku induk ke depan.
Ia mencontohkan pertumbuhan BSI sangat pesat setelah dilakukan merger BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah menjadi BUS. Pertumbuhan tersebut akhirnya berdampak positif kepada induknya.
Baca Juga: Pendirian BTN Syariah Mulai Ada Titik Cerah
Selain itu, dia mengatakan, tren pertumbuhan keuangan syariah Indonesia masih sangat menjanjikan. Momentum ini bisa dimanfaatkan dengan menjadikan BTN Syariah menjadi BUS.
“Dengan menjadikan BTN Syariah menjadi BUS, rencana pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri halal di Indonesia akan lebih cepat berkat adanya bank syariah baru,” terangnya.
Namun demikian, dia mengatakan, spin off BTN Syariah disarankan untuk dilakukan dengan mengakuisisi unit usaha syariah bank lain. Hal ini bertujuan agar BTN Syariah bisa menjadi bank besar atau setidaknya masuk dalam segmen bank kinerja bank berdasarkan modal inti (KBMI) 3.
“BUS BTN Syariah diharapkan tetap menjadi bank besar agar bisa bersaing dengan bank syariah lainnya,” tandasnya.
Sebagai informasi, BTN Syariah mencatatkan kenaikan laba sebesar 33,6% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Kuartal III/2024. Laba bersihnya meningkat menjadi Rp 535 miliar pada sembilan bulan tahun 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 401 miliar.
Kenaikan laba bersih BTN Syariah ditopang kinerja intermediasi. Diketahui, penyaluran pembiayaan BTN Syariah sebesar Rp 42,7 triliun, naik 19,3% yoy dibandingkan Rp 35,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
BTN Syariah juga berhasil mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,5% yoy. DPK bank pelat merah ini tercatat menjadi Rp 47,6 triliun per September 2024.
Dari segi permodalan, aset BTN Syariah tercatat sebesar Rp 57,7 triliun per Kuartal III-2024 atau tumbuh 19,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 48,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News