Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuditas valuta asing (valas) di perbankan Tanah Air semakin menantang. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Dana Pihak Ketiga (DPK) valas per Juni 2025 hanya tumbuh 1,8% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.355,4 triliun. Bulan sebelumnya bankan sempat hanya naik 0,3%.
Sementara itu, kredit valas perbankan tumbuh jauh lebih tinggi. Per Mei 2025, kredit valas tercatat mencapai Rp 1.241,5 triliun, meningar 8,22% secara tahunan. Ini sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 9,5%.
Head of Corporate Banking UOB Indonesia Edwin Kadir menyebut tekanan likuiditas valas perbankan penyebab utama tekanan likuditas valas di perbankan karena ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas.
“Ketika harga komoditas global turun maka pemasukan devisa dari sektor ekspor pun ikut menurun. Akibatnya, pasokan dolar di dalam negeri menjadi lebih terbatas,” ungkap Edwin, Selasa (22/7).
Baca Juga: Likuiditas Perekonomian Naik, Tapi Kredit Melambat, Sinyal Kehati-Hatian Perbankan
Edwin bilang tekanan likuditas valas sudah cukup parah, terlihat dari rasio pinjaman terhadap DPK valas yang sudah sangat tinggi. Dia menyebut bahwa LDR valas bank KBMI 4 saja sempat menyentuh angka 100%. Angka tersebut menunjukkan bahwa seluruh DPK dalam bentuk dolar sudah disalurkan menjadi kredit.
Kondisi ini membuat bank-bank semakin agresif dalam menawarkan suku bunga tinggi untuk deposito dolar demi menarik dana dari nasabah. Edwin mengatakan persaingan inilah yang pada akhirnya mendorong kenaikan biaya dana, yang kemudian diteruskan ke sektor riil dalam bentuk bunga pinjaman yang lebih tinggi.
Kenaikan bunga kredit berdampak pada pelaku usaha. Perusahaan-perusahaan kemudian terpaksa harus menyesuaikan harga produksi untuk bisa menjaga margin.
Menurut Edwin, situasi ini menegaskan pentingnya diversifikasi sumber devisa nasional, tidak hanya bertumpu pada ekspor bahan mentah. Oleh karena itu, program hilirisasi industri ahrus terus diperkut.
Baca Juga: Penurunan BI Rate Dinilai Akan Memperluas Ruang Likuiditas Valas Perbankan
“Contohnya, buuksit diolah menjadi alumina, diproses menjadi aluminium yang bisa masuk ke berbagai sektor industri, baik barang setengah jadi maupun barang jadi. Kalau hanya jual alumina mentah, kita terlalu tergantung pada fluktuasi harga global,” papar Edwin.
Edwin menyoroti pentingnya pemerintah memastikan proyek-proyek kawasan industri dan industrial park berjalan efektif. Sebab, keberhasilan hilirisasi dan pertumbuhan sektor manufaktur akan menjadi kunci untuk memperkuat pasokan valas secara berkelanjutan.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa Bank Indonesia sudah mengambil langkah-langkah positif dalam menjaga stabilitas likuiditas perbankan. Salah satunya melalui pelonggaran rasio pinjaman luar negeri yang memberikan ruang tambahan bagi perbankan dalam mengelola dana valas mereka.
Selanjutnya: Target Penerimaan Perpajakan pada Tahun 2026 Meningkat, Kemenkeu Beberkan Alasannya
Menarik Dibaca: Promo Chigo x Flip dengan BRI sampai 31 Juli 2025, Beli Langsung di Outlet Diskon 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News