kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konversi aset Himbara di Aceh topang rencana merger bank syariah


Minggu, 27 September 2020 / 22:47 WIB
Konversi aset Himbara di Aceh topang rencana merger bank syariah
ILUSTRASI. Petugas Bank Syariah Mandiri (BSM) melayani nasabah disela Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jakarta, Minggu (30/10). Gerai BSM ini khuzus dibuka pada HBKB dalam rangka mensosialisasikan 5 produk utama BSM yaitu Cicil dan Gadai Emas, Tabungan Mabrur


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank pelat merah terus mendorong konversi asetnya di Aceh seiring implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS). DI sisi lain, aksi konversi ini bisa simultan dengan niat Kementerian BUMN menggabungkan bank syariah pelat merah.

“Saat ini pengalihan aset Bank Mandiri ke Bank Mandiri Syariah  masih berjalan. Secara bertahap, kantor cabang sudah dialihkan, juga simpanan nasabah. Untuk pembukaan rekening baru pun sekarang sudah diarahkan langsung ke Bank Mandiri Syariah,” kata DIrektur Jaringan dan Layanan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Aquarius Rudianto kepada Kontan.co.id, Minggu (27/9).

Direktur Utama PT Bank Mandiri Syariah Toni EB Subari sebelumnya bilang, meski ditargetkan rampung pada Januari 2022 sesuai beleid syariah tersebut, perseroan berharap pengalihan aset dari entitas induknya dapat rampung pada tahun ini.

Baca Juga: Pemerintah sudah menjual surat utang total Rp 183 triliun ke BI untuk burden sharing

Sepanjang semester I-2020, Bank Mandiri Syariah tercatat sudah menerima pengalihan 48% pembiayaan, dan 38% simpanan Bank Mandiri di Aceh.

Sementara, SEVP Bisnis Ritel & Jaringan PT Bank BNI Syariah Iwan Abdi juga bilang saat ini perseroan juga terus memproses pengalihan aset dari entitas induknya yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Meskipun ia turut mengaku kondisi pandemi, turut menganggu proses.

“Tambahan bisnis di Aceh dari induk ada simpanan nasabah senilai Rp 1,5 triliun, dan pembiayaan senilai Rp 267 miliar” ungkapnya kepada Kontan.co.id.

Sepanjang 2019 lalu, BNI Syariah tercatat membuka 7 unit bisnis baru, di mana 2 unit merupakan bekas unit bisnis BNI yang ditutup, sementara 5 unit merupakan unit bersama dengan BNI.

Sementara PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) bahkan ikut meraup pertumbuhan yang signifikan dari aksi pengalihan induknya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di Aceh.

Sampai akhis semester I-2020, BRI Syariah telah menerima pengalihan 82,98% pembiayaan, dan 53,18% simpanan nasabah milik BRI di Aceh. 30% portofolio pembiayaan BRI Syariah disumbang oleh konversi aset tersebut. Adapun sampai Juni 2020, pembiayaan perseroan tumbuh 55,6 (yoy) menjadi Rp 37,4 triliun.

Menopang rencana merger

Aksi mendorong konversi aset di Aceh sejatinya turut membantu niat Kementerian BUMN untuk menggabungan bank syariah yang merupakan entitas anak bak pelat merah.

Maklum Kementerian BUMN punya rencana cukup ambisius, di mana bank hasil penggabungan diproyeksikan bisa langsung masuk ke jajaran 10 bank beraset terbesar di tanah air.

“Terkait merger, kami belum dapat perkembangan terbaru, namun rencana tersebut pasti akan memiliki banyak sisi baik,” lanjut Aquarius.

Mekipun jika merujuk laporan keuangan empat entitas bank syariah tersebut, proyeksi tersebut sejatinya cukup potensial. Sampai semester I-2020, empat entitas bank syariah tersebut memiliki total aset senilai Rp 245,84 triliun

Baca Juga: Hutama Karya: Persoalan lahan jalan tol Pekanbaru-Dumai tuntas Oktober 2020

Ekonom senior sekaligus mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan juga turut mendukung rencana penggabungan usaha ini.

Ia menilai untuk memperbesar skala bisnis bank syariah, sekaligus menekan biaya agar lebih efisien dan dapat bersaing dengan bank konvensional aksi penggabungan usaha memang bisa jadi jalan pintas.

“Beberapa bank syariah BUKU 1, dan BUKU 2 memang perlu untuk merger guna meningkatkan skala dan kemampuan bersaingnya. Era merger bank-bank konvensional sudah terjadi pada 2000-an. Sekarang waktunya bank-bank syariah merger agar punya skala bisnis yg besar, dan bisa menurunkan average cost," ungkapnya pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×