Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal pertama tahun 2025 hampir selesai, namun korporasi tampaknya belum banyak melakukan ekspansi. Hal ini tercermin dalam penyaluran kredit sindikasi yang turun cukup signifikan di periode tiga bulan pertama tahun 2025 ini.
Berdasarkan data Bloomberg, sejak Januari hingga 19 Maret 2025, kesepakatan kredit sindikasi dari sisi mandated lead arrenger (MLA) hanya mencapai US$ 743,2 juta. Angka tersebut turun hingga 84% jika dibandingkan dengan periode kuartal pertama 2024.
Adapun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi penyalur kredit sindikasi yang paling besar di periode tersebut dengan mencapai US$ 213,8 miliar. Penyaluran kredit sindikasi tersebut turun drastis jika dibandingkan posisi tiga bulan pertama 2024 yang mencapai US$ 1,05 miliar.
Baca Juga: Proyek Jalan, Penyaluran Kredit Sindikasi Lancar Jaya
Tak hanya itu, PT Bank Mandiri Tbk yang pada kuartal I-2024 menempati posisi terbesar kedua dengan nilai penyaluran kredit sindikasi US$ 964,9 juta. Namun, di periode kuartal I-2025 ini bank berlogo pita emas ini menempati posisi keempat dengan penyaluran kredit sindikasi senilai US$ 130,3 juta.
Di sisi lain, ada bank-bank yang sebelumnya langganan menyalurkan kredit sindikasi juga belum terlihat di kuartal I-2025. Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang pada kuartal I-2024 menyalurkan kredit sindikasi senilai US$ 469,8 juta.
Ada juga PT Bank DBS Indonesia yang jika mengacu data Bloomberg juga belum menyalurkan kredit sindikasi pada 2025 ini. Padahal, di kuartal I-2024, bank asal Singapura tersebut memiliki dua kesepakatan kredit sindikasi mencapai total US$ 193 juta.
Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengungkapkan kredit sindikasi tahun ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, baik domestik maupun global. Saat ini, pihaknya melihat sektor korporasi cenderung lebih selektif dalam ekspansi.
“Ini sejalan dengan ketidakpastian ekonomi global, volatilitas suku bunga, serta strategi optimalisasi pembiayaan oleh pelaku usaha,” ujarnya.
Selain itu, pria yang akrab disapa Ossy ini mengungkapkan beberapa proyek besar saat ini lebih banyak memanfaatkan pendanaan internal atau skema alternatif lainnya. Alhasil, kredit sindikasi pun tak begitu diperlukan.
Baca Juga: Andalkan Proyek Pemerintah, Kredit Sindikasi Perbankan Berpotensi Meningkat di 2025
Meski demikian, ia bilang Bank Mandiri akan tetap proaktif dalam mendorong pertumbuhan kredit sindikasi. Tentunya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian serta fokus pada sektor-sektor prioritas yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menjelaskan bahwa pada prinsipnya, BCA akan mendukung pengembangan industri di Indonesia dengan menyalurkan kredit sindikasi ke berbagai sektor dan proyek strategis nasional.
“Penyaluran kredit sindikasi pada 2025 masih terus berjalan prosesnya,” ujar Hera.
Hera menegaskan BCA akan berpartisipasi dalam kredit sindikasi dengan senantiasa mempertimbangkan faktor risk appetite, posisi likuiditas dan modal, serta memilih proyek-proyek yang berpotensi memperkuat bisnis inti BCA.
Kunardy Lie, Managing Director Institutional Banking Group Bank DBS menambahkan kredit sindikasi justru tetap menjadi pilihan pendanaan yang menarik dan berpotensi untuk berkembang terutama untuk proyek berskala besar dan strategis.
“Bank DBS Indonesia optimistis akan pertumbuhan kredit sindikasi, dan saat ini sedang memfinalisasi beberapa proyek,” ungkapnya.
Selanjutnya: Prabowo Instruksikan Perbaikan Regulasi dan Izin Sektor Padat Karya Dipermudah
Menarik Dibaca: Cegah Diabetes Sejak Dini, Ini 4 Cara Membatasi Konsumsi Gula pada Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News