kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.850   25,00   0,16%
  • IDX 7.114   -85,89   -1,19%
  • KOMPAS100 1.086   -16,05   -1,46%
  • LQ45 857   -16,69   -1,91%
  • ISSI 217   -2,23   -1,02%
  • IDX30 439   -9,02   -2,02%
  • IDXHIDIV20 526   -12,72   -2,36%
  • IDX80 124   -1,94   -1,54%
  • IDXV30 127   -5,04   -3,83%
  • IDXQ30 145   -3,06   -2,06%

Kredit Sindikasi Turun Drastis Saat Kredit Korporasi Mampu Tumbuh, Ada Apa?


Minggu, 01 Desember 2024 / 15:52 WIB
Kredit Sindikasi Turun Drastis Saat Kredit Korporasi Mampu Tumbuh, Ada Apa?
ILUSTRASI. kesepakatan kredit sindikasi dari sisi MLA hingga akhir November 2024 mencapai US$ 19,74 miliar atau turun 34,9% YoY


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat kredit perbankan ditopang oleh kredit korporasi yang tumbuh tinggi, tampaknya ini tak sejalan dengan kredit sindikasi yang justru mengalami penurunan drastis. Mengingat kredit sindikasi merupakan bagian dari kredit korporasi yang diberikan secara bersama oleh beberapa bank atau lembaga pembiayaan.

Menilik data Bloomberg, kesepakatan kredit sindikasi dari sisi mandated lead arranger (MLA) dari awal tahun hingga akhir November 2024 mencapai US$ 19,74 miliar atau turun 34,9% secara tahunan (YoY).

Untuk periode kuartal 4 sendiri, kesepakatan kredit sindikasi yang telah tercapai mencapai US$ 2,93 miliar. Di mana, capaian tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 50,1% YoY.

Berdasarkan catatan Kontan, ada beberapa kredit sindikasi yang terjadi di November 2024. Di antaranya, kredit sindikasi untuk PT Smartfren Telecom Tbk dan anak usahanya senilai Rp 10 triliun yang dipimpin PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan SMI. 

Baca Juga: Transaksi Cashless Meningkat, Perbankan Harap Tarik Tunai di ATM Terus Turun

Serta, ada juga kredit sindikasi untuk PT Gajah Tunggal Tbk yang senilai Rp 4,4 triliun dan diikuti oleh 6 bank. BCA juga kembali menjadi Original Mandated Lead Arranger sekaligus agen fasilitas dan agen jaminan dari para bank yang membiayai.

Dari sisi MLA, BCA memang termasuk bank yang cukup besar memiliki kredit sindikasi, menduduki posisi tiga besar. Bahkan, untuk kuartal empat saja, BCA menempati posisi pertama untuk kredit sindikasi sebagai MLA.

Adapun, sejak awal tahun hingga akhir November 2024, kredit sindikasi yang dimiliki oleh BCA sebagai MLA senilai US$ 1,33 miliar. Namun, ini mengalami penurunan yang cukup drastis mencapai 58% YoY.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja membenarkan bahwa kredit sindikasi sedang lesu di tahun ini. Bukan tanpa sebab, ia menilai hal tersebut dipengaruhi oleh proyek-proyek infrastruktur yang tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

Ia bilang selama ini kredit sindikasi itu dilakukan dengan nilai-nilai yang besar. Di mana, biasanya kredit ke sektor infrastruktur lah yang memerlukan fasilitas kredit dengan nilai besar dan akhirnya melalui kredit sindikasi.

“Jadi kalau proyek infrastrukturnya hampir gak ada sekarang ya akhirnya mempengaruhi. Dulu-dulu kan ada jalan tol, pelabuhan, dan sekarang itu kan melemah,” ujar Jahja saat ditemui, Jumat (29/11).

Lebih lanjut, Jahja belum bisa memprediksi apakah penurunan kredit sindikasi akan berlanjut di tahun depan atau tidak. Ini sangat tergantung pada proyek-proyek yang ada di tahun depan serta melihat kondisi ekonominya.

“Belum bisa diprediksi karena itu tergantung perekonomian dan permintaan,” tambahnya.

Baca Juga: Pacu Kredit, Bank DKI Tingkan Layanan Bisnis KPR

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjadi bank dengan kredit sindikasi terbesar sebagai MLA untuk periode awal tahun hingga akhir November 2024. Bahkan, bank berlogo 46 ini menggeser posisi PT Bank Mandiri Tbk yang beberapa tahun terakhir selalu memimpin di posisi pertama.

Adapun, kredit sindikasi yang dimiliki BNI pada periode tersebut senilai US$ 3 miliar. Meski naik peringkat, nilai kredit sindikasi BNI juga tak terhindar dari penurunan yaitu mencapai 35,29% dari periode sama tahun lalu.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan bahwa saat ini di BNI memang sangat berhati-hati dalam penyaluran kredit yang berkaitan dengan korporasi. Bukan karena risiko kredit yang tinggi, melainkan menjaga agar kredit-kredit BNI yang di korporasi memiliki kualitas baik.

Ia menyadari bahwa saat ini ada kualitas kredit yang memburuk untuk sektor-sektor UMKM. Oleh karenanya, ia tak ingin di kala kualitas kredit UMKM sedang tidak baik-baik saja, maka kredit terkait korporasi juga ikut-ikutan.

“Kan kita juga perlu salurin kredit ke sektor-sektor kecil, makanya kalau kredit korporasi yang nilainya tinggi-tinggi pasti kita sindikasi agar risikonya juga dibagi,” ujar Royke, belum lama ini.

Selanjutnya: AAJI Catat Kanal Bancassurance Naik 2,9% Jadi Rp 57,70 Triliun per Kuartal III-2024

Menarik Dibaca: 4 Mitos Kulit Sensitif yang Tidak Boleh Anda Percaya, Cari Tahu Yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×