kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kredit BNI tumbuh 21,6%


Jumat, 26 April 2013 / 14:41 WIB
Kredit BNI tumbuh 21,6%
ILUSTRASI. Bibir yang menggelap memiliki penyebab dan cara perawatannya sendiri.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Di balik pertumbuhan laba yang manis kuartal pertama tahun ini, kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga mengalami kenaikan cukup baik yakni 21,6%. Pada kuartal pertama 2012, pembiayaan yang disalurkan yakni Rp 164,8 triliun sementara di awal 2013 ini menjadi Rp 200,5 triliun.

"Kita mencatat pertumbuhan kualitas kredit yang baik," sebut Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, pada paparan kinerja, Jumat, (26/4).

Di antara berbagai segmen, kredit subsidiary mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 54,9% dari Rp 5,6 triliun menjadi Rp 8,6 triliun. Hanya saja, komposisi subsidiary ini hanya 4,3% terhadap total kredit.

Setelah itu, kredit korporasi tercatat mengalami pertumbuhan yang juga tinggi yakni 43,5%. Penyalurannya yaitu Rp 58,3 triliun di tahun lalu dan menjadi Rp 83,7 triliun. Kemudian, segmen kredit yang lainnya tumbuh sekitar 10-30%.

Meski begitu, beberapa segmen kredit mengalami penurunan seperti kredit medium, internasional, dan retail. Kredit medium turun 16,7% dari Rp 27,8 triliun menjadi Rp 23,1 triliun. Padahal, kelas menengah merupakan pasar yang sedang berkembang. "Menurunnya kredit medium karena ada yang naik kelas sebesar Rp 10,3 triliun," ucap Gatot.

Kredit internasional juga tercatat menurun sebesar 21,5% dari Rp 7,4 triliun ke posisi Rp 5,8 triliun. Sedangkan, turunnya kredit internasional ini diakui Gatot karena bank sedang berfokus pada Foreign Direct Investment (FDI) dan remittance. "Kita memang membatasi kredit internasional," klaimnya.

Selain itu, kredit retail juga turun 11,1% dari Rp 3 triliun ke posisi Rp 2,7 triliun. Disebut Gatot, ini dikarenakan adanya perbaikan sistem bisnis proses pada bisnis wirausaha.

Direktur Retail dan Konsumer BNI Darmadi Sutanto mengatakan, BNI sempat memberhentikan ritel karena produknya yang tak bagus dan rasio kredit macet yang tinggi. "Lalu ketika mulai jual lagi, hapus buku tinggi," sebut Darmadi.

Saat ini, Darmadi bilang bahwa pertumbuhan retailnya sudah membaik. Namun pihaknya juga masih berpacu karena ada hapus buku. NPL kredit retail juga mulai bergerak lebih baik. Dulu, rasio kredit macet di retail sempat mencapai 13%. Sedangkan saat ini sudah di posisi 8%.

Secara keseluruhan, NPL BNI juga tercatat membaik. Pada kuartal pertama 2012, NPL gross BNI yakni 3,6%. Lalu di kuartal pertama tahun ini menjadi 2,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×