Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit infrastruktur masih menjadi andalan bank BUMN untuk mendongkrak kredit korporasi. Kredit ini juga menjadi tumpuan pertumbuhan kredit perbankan ke depan.
Hal ini karena masih banyaknya proyek infrastruktur baik jalan tol, jalan kereta api, pembangkit listrik, bandara dan pelabuhan yang masih dalam tahap pembangunan
Beberapa bank pelat merah optimistis pertumbuhan kredit infrastruktur masih bisa mencapai dua digit dalam beberapa tahun ke depan. Dikdik Yustandi, Senior Vice President (SPV) Corporate Banking Group Bank Mandiri menyatakan, dalam jangka pendek atau pada kuartal keempat ini, masih terdapat banyak proyek infrastruktur yang membutuhkan pendanaan dari institusi perbankan.
"Salah satunya adalah sindikasi kredit ke proyek kereta ringan (LRT) Jabodetabek dan jalan layang tol Cikampek," kata Dikdik, Kamis (17/11). Sindikasi kredit ke proyek LRT Jabodetabek diperkirakan menyerap dana Rp 20 triliun–Rp 22 triliun.
Untuk proyek tersebut, Bank Mandiri siap menyalurkan kredit berkisar Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. Kata Dikdik, bunga kredit LRT ini sudah dibahas dan ditetapkan sebesar 8,25%.
Selain LRT, dalam waktu dekat Bank Mandiri juga akan ikut dalam sindikasi proyek jalan layang tol dengan operator PT Jasa Marga Tbk. Proyek jalan layang tol tersebut merupakan proyek tahap kedua, setelah sejumlah bank memberikan kredit konstruksi senilai Rp 5,1 triliun. Pada tahap kedua tersebut kredit yang disalurkan merupakan kredit sindikasi bagi operasional Jasa Marga senilai Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun.
Dikdik menambahkan pada tahun 2018, diperkirakan kredit infrastruktur Bank Mandiri juga bakal ditopang proyek pembangunan jalan tol Trans Jawa dan tol Jawa bagian Selatan. Selain itu pembangunan jalur kereta Bukit Tinggi dan Bukit Asam bisa menjadi pendorong kredit infrastruktur Mandiri.
Betty Alwi, Pemimpin Unit Bisnis Sindikasi Bank Negara Indonesia (BNI) mengatakan, BNI juga akan ikut membiayai LRT Jabodetabek antara Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. "Selain itu, ke depan diharapkan kredit infrastruktur untuk manufaktur dan properti juga bisa mendorong pertumbuhan kredit bank," ujar Betty.
Pada tahun 2018, diperkirakan kredit infrastruktur bisa lebih tinggi dari 2017. Hal ini salah satunya dari pembiayaan proyek tol Trans Sumatera yang belum selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News