Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan syariah mencatatkan pembengkakan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) atau kredit macet, dalam sembilan bulan pertama tahun 2025.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPF Bank Umum Syariah (BUS) berada di level 2,19% per Juni 2025. Angka ini meningkat dari posisi 2,04% pada periode sama tahun sebelumnya, dan 2,15% pada Januari 2025.
Sama halnya dengan BUS, rasio kredit bermasalah unit usaha syariah (UUS) juga menunjukkan tren peningkatan. Per Juni 2025 NPF UUS berada di level 2,35%, naik dari 2,17% di periode sama tahun lalu, dan 2,29% pada Januari 2025.
Sejumlah bank syariah yang mencatatkan kenaikan NPF yakni PT Bank Muamalat, NPF nya naik dari 2,95% di September 2024 menjadi 4,26% di September 2025.
Baca Juga: Kredit Macet Sejumlah Perbankan Syariah Meningkat di Semester I-2025
Hayunaji, Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Indonesia menjelaskan, peningkatan NPF di periode tersebut terjadi seiring masih berlangsungnya proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dari beberapa nasabah korporasi.
“Saat ini, Bank Muamalat masih terus melakukan upaya-upaya penyelesaian pembiayaan yang bermasalah. Kami berharap strategi dan upaya-upaya tersebut dapat selesai pada kuartal IV 2025, sehingga akan berpengaruh pada perbaikan nilai NPF Bank Muamalat,” kata Hayunaji kepada kontan.co.id, Jumat (7/11/2025).
Adapun segmen korporasi menjadi penyumbang terbesar terhadap kenaikan NPF Bank Muamalat. Kondisi ini dipengaruhi oleh dua faktor utama.
“Pertama, adanya pelunasan pembiayaan oleh nasabah korporasi besar. Kedua, masih berlangsungnya proses penyelesaian pembiayaan bermasalah untuk nasabah dengan nilai pembiayaan besar,” ungkap Hayunaji.
Meski demikian, pihaknya optimistis rasio tersebut dapat kembali turun pada akhir tahun seiring percepatan penyelesaian sejumlah pembiayaan bermasalah.
Baca Juga: Intip Strategi Indodana Finance Untuk Jaga Kredit Macet Paylater di Bawah 5%
Bank Muamalat menargetkan penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat terealisasi secara signifikan pada akhir tahun ini. Dengan demikian, rasio NPF diharapkan dapat kembali ke level yang sama seperti posisi akhir 2024.
“Kami memproyeksikan penyelesaian pembiayaan bermasalah yang signifikan dapat dilakukan pada akhir tahun ini. Sehingga kami berharap NPF akan kembali membaik pada level yang sama dengan posisi akhir 2024,” jelasnya.
Untuk menjaga kualitas aset ke depan, Bank Muamalat menyiapkan sejumlah langkah strategis. Pertama, fokus menyalurkan pembiayaan baru ke segmen ritel yang memiliki kualitas baik dan jaminan memadai.
“Salah satu fokus kami adalah pembiayaan ritel seperti Solusi Emas Hijrah, yang memiliki kualitas baik, pricing kompetitif, dan coverage jaminan yang kuat,” paparnya.
Baca Juga: Daya Beli Melemah, Rasio Kredit Macet KPR Semakin Meningkat
Selain itu, pembiayaan korporasi tetap akan dilakukan secara selektif dengan risiko yang terukur dan dapat diterima untuk menjaga keseimbangan portofolio pembiayaan baru.
Langkah berikutnya adalah memperketat monitoring terhadap nasabah dengan status lancar, terutama yang menunjukkan penurunan kemampuan usaha. Bank juga akan melakukan restrukturisasi bagi nasabah yang mengalami penurunan kemampuan bayar.
“Di sisi lain, penyelesaian pembiayaan bermasalah juga terus dilakukan melalui berbagai cara, seperti pelunasan sukarela, lelang jaminan, penjualan pembiayaan kepada investor, serta langkah litigasi yang lebih agresif,” kata Hayunaji.













