kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju penyaluran kredit masih loyo di awal 2020, begini kata bankir


Minggu, 01 Maret 2020 / 19:56 WIB
Laju penyaluran kredit masih loyo di awal 2020, begini kata bankir
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank BNI Jakarta, Senin (27/1). JK) menyatakan di awal tahun 2020 pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) cenderung melambat. pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/01/2020.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan di awal tahun 2020 pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) cenderung melambat. Merujuk presentasi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pekan lalu di Jakarta, kredit di bulan Januari baru naik 6,10% sedangkan DPK 6,8% secara year on year (yoy).

Menurut OJK, penurunan pertumbuhan kredit ini sejalan dengan moderasi ekonomi. Pun, di bulan Januari 2020 ini perlambatan kredit dinilai terjadi di semua jenis. Misalnya saja, untuk kredit modal kerja peningkatannya hanya sebesar 3,63% yoy saja. Sementara untuk kredit konsumsi dan investasi terpantau naik 6,14% yoy. Hanya kredit investasi yang catatkan pertumbuhan dua digit yakni menyentuh 10,48% yoy.

Baca Juga: Harga logam mulia ikut rontok terbawa virus corona

Dalam rilis OJK pada Rabu (26/2) lalu, pihaknya menyebut kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan per Januari 2020 memang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik. Apalagi dengan kondisi pasar yang terguncang akibat wabah virus corona.

Walhasil, analisa OJK pun memproyeksi batas bawah pertumbuhan kredit di tahun 2020 sebesar 9,39% dan DPK 9,41%. Sementara OJK sendiri memasang proyeksi kredit naik 9%-11% di 2020. Sementara untuk meredam dampak corona, regulator pun sedang mempersiapkan stimulus berupa relaksasi penilaian kualitas kredit dan di sisi restrukturisasi.

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun sepakat dengan arahan OJK. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang mengatakan, kendati melambat di awal 2020 pertumbuhan kredit dan DPK perseroan masih sedikit di atas industri.

Memang, merujuk laporan keuangan BNI bulan Januari 2020 kredit masih naik 11,11% yoy menjadi Rp 521,36 triliun. Sedangkan DPK naik 8,25% yoy menjadi Rp 558,98 triliun.

Baca Juga: Sejumlah bank daerah getol tambah modal 

Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan berdasarkan jenisnya, pertumbuhan terbesar ada di kredit konsumer. "Untuk kredit produktif, secara sektoral ditopang oleh kredit ke manufaktur, perdagangan, perkebunan, konstruksi dan infrastruktur dasar," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Nah, mengenai rencana relaksasi kebijakan dari OJK terkait restrukturisasi kredit terdampak virus corona dipandang BNI sebagai langkah positif. Namun, masih perlu ditunggu lebih dulu kapan berlakunya Peraturan OJK (POJK) tersebut dan petunjuk teknisnya agar pihak perbankan bisa segera menerapkan.

Jika seluruhnya berjalan dengan lancar, tentu hal ini akan membuat kondisi kredit tetap lancar dan membantu bank-bank untuk menjaga kinerjanya. Sebab, beban CKPN atau provisi menjadi lebih sedikit. "Kami tentu optimis menyambut keluarnya beleid OJK yang baru ini," kata Anggoro.

Baca Juga: Batubara kian dimusuhi, bank lokal tetap terbuka terhadap pembiayaan PLTU

Di sisi lain, bank menengah seperti PT Bank Mayapada Internasional Tbk memandang di awal tahun ini kredit memang cenderung lesu dan ada sektor yang terdampak perlambatan ekonomi global dan mempengaruhi tren kenaikan kredit investasi.

Pasalnya, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi memandang peningkatan kredit investasi sangat berkaitan erat dengan tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia. "Diharapkan secara jangka menengah ekonomi bisa membaik lagi, dengan demikian investasi bisa naik," tuturnya.

Beruntungnya, bank milik taipan ini hampir seluruh kreditnya mengalir ke kredit modal kerja (KMK). Walhasil, Bank Mayapada tak terlalu terpukul dengan perlambatan yang terjadi di industri. Sekadar informasi, per Januari 2020 kredit Bank Mayapada masih tumbuh 7,39% yoy dari Rp 65,84 triliun menjadi Rp 70,71 triliun.

Nah, bank kecil pun juga mengamini kalau perlambatan kredit di awal tahun 2020 mayoritas disebabkan pengaruh melandainya kredit investasi. Kendati secara industri masih tinggi, tak menutup kemungkinan kredit investasi akan menunjukkan perlambatan bila volatilitas masih terguncang.

Baca Juga: BI prediksi inflasi Februari 0,31%, simak proyeksi para ekonom

Semisal PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) yang mengungkap walau kredit investasi hanya menyumbang 11% dari total kredit, pertumbuhannya di Januari 2020 baru sebesar 0,1% alias stagnan. "Untuk BWS sendiri, kredit investasi kebanyakan dari debitur Korea Selatan (Korsel) untuk investasi pabrik di sektor pengolahan. Tapi tidak signifikan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×