kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit melambat, bank pacu bisnis wealth management


Selasa, 08 Oktober 2019 / 19:58 WIB
Kredit melambat, bank pacu bisnis wealth management
Peluncuran Aplikasi Wealth Management BCA, WELMA


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun pertumbuhan kredit perbankan tercatat melandai. Per Agustus Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit cuma sebesar 8,6% (yoy). Pertumbuhan paling rendah sepanjang 2019.

Menghadapi hal ini, sejumlah bank mulai mengoptimalkan kanal bisnisnya di luar pendapatan bunga dari penyaluran kredit. Salah satunya melalui bisnis wealth management yang diharapkan bisa mempertebal pendapatan komisi bank.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, Selasa (8/10) baru saja meluncurkan platform wealth management digital bertajuk Welma. Ini merupakan langkah perseroan untuk memacu pendapatan komisinya.

Maklum bank swasta terbesar di tanah air ini selama ini memang belum fokus menggarap bisnis wealth management.

“Kontribusi bisnis wealth management ke pendapatan BCA masih tergolong kecil hanya sekitar 5%,” kata Senior Executive Vice President Wealth Management BCA Christine Setyabudhi usai peluncuran Welma di Jakarta.

Lewat Welma, Christine berharap kontribusi bisnis wealth management BCA bisa meningkat signifikan. Alasannya, dengan Welma, nasabah BCA kini akan mendapatkan akses lebih mudah untuk melakukan investasi reksadana, obligasi pemerintah, hingga membeli produk bancassurance.

Baca Juga: Bank Commonwealth rekomendasikan investor diversifikasi investasi

Tahun depan, targetnya, Welma juga akan dilengkapi fitur robo advisory yang bisa membantu nasabah BCA yang bertransaksi di Welma menentukan profil risiko investasinya.

“Per September lalu nilai asset under managament (AUM) kami dari penjualan reksa dana dan obligasi telah mencapai Rp 55 triliun, tumbuh 40% (yoy). Hingga akhir tahun kami akan berupaya menjaga pertumbuhan tersebut,” lanjut Christine.

Sementara Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam kesempatan yang sama turut mengakui adanya perlambatan kredit yang dialami oleh BCA. 
Menurutnya, perlambatan kredit terjadi akibat melemahnya permintaan dari pasar.

Sejak akhir tahun hingga akhir kuartal III-2019 alias year to date (ytd) Jahja mengaku pertumbuhan kredit BCA baru mencapai 6%-7%. Sementara secara tahunan telah tumbuh 10% (yoy).

“Kami masih harapkan akhir tahun pertumbuhan kredit masih bisa mencapai 10%-11%. Untuk mencapai hingga 13% seperti tahun lalu rasanya memang berat,” kata Jahja.

Sementara Head of Wealth Management and Client Growth PT Bank Commonwealth Ivan Jaya mengungkapkan bisnis wealth management memang bisa jadi alternatif penopang pendapatan bank, apalagi di tengah kondisi perlambatan kredit.

Alasannya, saat ini pasar reksadana maupun transaksi obligasi pemerintah memang masih menujukan gairah yang tinggi. Ini terbukti dari kontribusi segmen bisnis ini ke pendapatan Commonwealth.

“Pertumbuhan bisnis wealth management kami cukup baik sepanjang Januari-Agustus 2019. Pertumbuhan pendapatan dari penjualan reksadana dan obligasi tumbuh 50% (yoy), sementara kontribusi segmen wealth management terhadap pendapatan komisi kami per Agustus sudah mencapai 70%,” katanya saat dihubungi Kontan.co.id secara terpisah.

Ivan menambahkan, meski bunga acuan Bank Indonesia terus menurun sejak Juli hingga September obligasi pemerintah dan reksa dana saham bisa jadi pilihan investasi yang tepat. Kata Ivan di akhir tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) secara historikal bisa tumbuh hingga 7%.

Untuk mendorong bisnis wealth management, Bank Commonwealth telah memiliki platform digital bertajuk CommBank SmartWealth, aplikasi yang dapat memberikan rekomendasi alokasi aset investasi nasabah sekaligus untuk monitor perkembangan investasi nasabah.

“Melalui aplikasi CommBank SmartWealth, kami juga terus memberikan informasi-informasi terkini mengenai insights investasi kepada nasabah kami. Ini kami lakukan selain untuk mengoptimalkan investasi nasabah namun juga bagus untuk pengembangan bisnis wealth management kami,” papar Ivan.

Baca Juga: Bursa Wall Street tersulut data pengangguran AS yang turun

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) saat ini juga tengah merancang platform wealth management digital. Sebelumnya Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi bilang platform tersebut ditargetkan bisa meluncur pada 2020 mendatang.

Per September 2019, bank berlogo pita emas ini mencatat telah berhasil mengelola dana kelolaan bisnis wealth management senilai Rp 203 triliun, tumbuh 16% (yoy). 

Dari segmen bisnis ini, Bank Mandiri juga tercatat meraih pertumbuhan pendapatan komisi mencapai mencapai 20% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×