kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,08   6,72   0.72%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit melandai, bank getol simpan dana di surat berharga


Kamis, 24 Oktober 2019 / 10:31 WIB
Kredit melandai, bank getol simpan dana di surat berharga
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang Bank Central Asia, Jakarta


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Landainya pertumbuhan kredit menjelang akhir tahun bikin perbankan mulai getol menempatkan dana pada surat berharga. Hingga Agustus 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat simpanan bank di surat berharga mencapai Rp 1.054,18 triliun dengan pertumbuhan 6,8% (yoy).

Instrumen obligasi jadi pilihan utama bank untuk menyimpan dananya. Per Agustus, nilai simpanan bank di obligasi mencapai Rp 738,96 triliun dengan pertumbuhan mencapai 13% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan kredit pada Agustus 2019 sebesar 8,7% (yoy).

Sejumlah bankir juga mengaku mulai meningkatkan simpanannya di surat berharga, khususnya obligasi pemerintah. 

Asal tahu saja, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat hingga 21 Oktober 2019, perbankan kepemilikan perbankan di obligasi pemerintah telah mencapai Rp 669,90 triliun, ini setara 25,05% dari nilai yang beredar.

Baca Juga: Sempat lesu, Mandiri optimistis aset masih bisa naik 13%-15% hingga akhir tahun

“Hingga Juni lalu, penempatan dana BCA di obligasi pemerintah tumbuh 82% (yoy), sedangkan untuk surat berharga lainnya tumbuh 7% (yoy),” kata Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Raymon Winarto kepada Kontan.co.id.

Dalam periode yang sama, Raymon bilang BCA telah memarkirkan dananya hingga Rp 88,1 triliun di surat berharga. Dari nilai tersebut sebanyak 73% disimpan melalui obligasi pemerintah, sedang sisa 27% disimpan di surat berharga lainnya.

Opsi menyimpan dana di surat berharga hinga akhir tahun juga masih akan diperhitungkan BCA. Sebab sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiatamadja mengaku, menjelang akhir tahun permintaan kredit di BCA memang melandai. 

Jahja juga memprediksi hingga akhir 2019 perseroan paling optimal bisa meraih pertumbuhan kredit 8%-9%, padahal di awal tahun lalu, ia optimistis bisa meraih pertumbuhan di kisaran 10%-11%.

Sementara Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo juga mengakui pertumbuhan simpanan BRI di surat berharga tumbuh signifikan hingga Agustus lalu.

Meski demikian, Haru bilang strategi ini tak akan jadi yang utama untuk mendorong pendapatan bank terbesar di tanah air ini. Penyaluran kredit, khususnya di segmen UMKM masih akan jadi andalan perseroan memacu cuan.

“Sampai Agustus 2019 penempatan dana kami di surat berharga telah mencapai Rp 166 triliun yang didominasi oleh obligasi pemerintah dengan pertumbuhan 14% (yoy). Meski demikian kami masih akan fokus mengejar target pertumbuhan kredit di kisaran 10%-12%,” kata Haru.

Baca Juga: Penuhi rasio likuiditas, tren penempatan dana bank di surat berharga bakal turun

Sementara Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Bob Tyasika Ananta justru mengaku BNI mulai mengurangi penempatan dana di surat berharga. Alasannya pertumbuhan kredit BNI hingga September 2019 terhitung tinggi.

“Saat ini kami lebih fokus ke ekspansi kredit yang per September 2019 telah tumbuh 14,4% (yoy). Sementara penempatan dana di surat berharga ada di kisaran Rp 80 triliun hingga Rp 90 triliun. nilai tersebut relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” kata Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×