kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kredit produktif bank menengah tumbuh mekar


Kamis, 05 Desember 2019 / 21:20 WIB
Kredit produktif bank menengah tumbuh mekar
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Jatim Thamrin City Jakarta, Jumat (20/7). Laporan keuangan Semester I tahun buku 2018, aset Bank Jatim tumbuh 15,63% atau sebesar Rp 59,54 triliun dan laba bersih tercatat Rp 758,28 miliar atau tumbuh 5,01% Year on Year


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menorehkan pertumbuhan cukup signifikan dalam penyaluran kredit produktif sepanjang tahun ini. Sampai akhir tahun, sektor produktif diperkirakan masih akan meningkat

PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk (SDRA) misalnya membukukan penyaluran kredit produktif sebesar Rp 17,6 triliun hingga November 2019. Itu tumbuh 20% jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).

Baca Juga: Berlomba naik BUKU, persaingan makin ketat

Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan, penyaluran kredit perseroan masih didominasi oleh segmen produktif dengan porsi 66,57%. Sementara konsumsi hanya 33,43%. "Mayoritas kredit produktif disalurkan ke sektor industri pengolahan dan manufaktur," katanya pada Kontan.co.id, Kamis (5/12).

Sampai akhir tahun, Rully memperkirakan kredit produktif Bank Woori akan mencapai Rp 17,7 triliun dengan sektor manufaktur tetap jadi pendorong utamanya.

Untuk tahun depan, Bank Woori menargetkan penyaluran kredit akan tumbuh sekitar 10% dengan porsi kredit produktif akan dijaga di level 65%. Itu akan dikejar terutama dari sektor pengolahan dan manufaktur.

Baca Juga: Perbankan mulai batasi kredit valas, ini alasannya

Sementara PT Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mencatatkan pertumbuhan kredit produktif sebesar 32% YoY hingga November. "Kenaikan kreditnya sekitar Rp 3 triliun, mayoritas berasal dari sektor konstruksi dan infrastruktur," kata Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim.

Meski tumbuh signifikan, namun porsi kredit produktif ke total kredit Bank Jatim masih 33,81%. Sedangkan mayoritas kredit perseroan atau 66,19 % masih dalam kredit konsumsi.

Hingga akhir tahun, Bank Jatim menargetkan penyaluran kredit produktif akan mencapai Rp 12,4 triliun. Adapun tahun depan, segmen ini ditargetkan tumbuh 26%. "Untuk mencapai itu akan dilakukan strategi optimalisasi potensi daerah pada sektor perdagangan, manufaktur dan pembangunan infrastruktur," kata Ferdian.

Baca Juga: Bunga penjaminan LPS dipangkas, begini respons sejumlah bank

PT Bank Mayapada Tbk mencatatkan penyaluran kredit sekitar 9% sepanjang tahun ini. Mayoritas kredit bank ini masih ditopang oleh segmen produktif. Sedangkan porsi konsumer masih di bawah 10%.

Haryono Tjahrijadi Presiden Direktur Bank Mayapada memperkirakan sampai akhir tahun kredit perseroan akan tumbuh sekitar 10%. Target tahun depan juga akan dijaga sama seperti tahun ini dengan tetap mengandalkan segmen produktif. "Namun target kredit konsumtifnya akan ada penambahan sedikit," ujarnya.

Data Bank Indonesia (BI) penyaluran kredit perbankan per Oktober 2019 hanya tumbuh 6,6% menjadi Rp 5.531,4 triliun. Pertumbuhan tersebut melambat dari bulan sebelumnya yang masih tumbuh 8% YoY.

Baca Juga: Bank menengah masih andalkan dana mahal untuk memupuk DPK

Perlambatan terjadi di semua segmen baik produktif maupun konsumtif. Pada sektor produktif, kredit modal kerja (KMK) tumbuh 4,1% menjadi Rp 2.521,5 triliun, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 6,1%. Lalu kredit investasi tumbuh 11,4% menjadi Rp 1.420,8 triliun, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 13%.

Perlambatan KMK terutama disebabkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dimana pertumbuhannya melambat menjadi 3,9% dari 4,9%, serta sektor industri pengolahan yang melambat dari 7,2% menjadi 3,8%.

Adapun perlambatan pertumbuhan kredit investor terutama berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta konstruksi. Sementara kredit konsumsi tumbuh 6,5% menjadi Rp 1.589,1 triliun, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 6,9% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×