Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Januari 2017 rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) naik menjadi 3,09% dibandingkan pada akhir Desember 2016 di level 2,93%. Sementara secara year on year (yoy) tercatat NPL bulan Januari 2016 terjaga di level 2,7%.
Berdasarkan data OJK per Januari 2017, sektor komoditas pertambangan masih menjadi penyumbang tertinggi dengan total NPL mencapai 7,16% atau naik dari akhir Desember 2016 6,29%. Kepala Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK, Sukarela Batunanggar juga mencatat sektor perdagangan besar juga masih memberikan tekanan pada NPL. "NPL sektor perdagangan besar juga masih tinggi sebesar 4,64% naik dibandingkan tahun lalu (Desember) 4,25%," jelasnya, Kamis (23/3).
Selain kedua sektor tersebut, NPL sektor perikanan juga masih tinggi sebesar 4,20% atau naik cukup tinggi dibanding Desember tahun lalu 2,55%. "Sektor perikanan NPL meninggi karena kredit ke sektor ini mulai gencar, salah satunya kredit JARING," tambahnya.
Sektor konstruksi juga naik menjadi 4,51% disusul sektor industri pengolahan yang menyumbang NPL 3,64% per akhir Januari 2017. Kendati demikian, terjadi sedikit penurunan NPL di sektor pertanian dari 2,21% pada Desember 2016 menjadi 2,17 per Januari 2017.
Meski begitu, Sukarela mengatakan meski NPL meningkat, dari sisi pertumbuhan kredit mulai terjadi peningkatan. Pasalnya, per Januari 2017 total kredit perbankan mengalami kenaikan 8,28% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4.313 triliun. Sementara akhir Desember 2016 tercatat kredit hanya tumbuh 7,86%. Kendati demikian, jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan kredit pada Januari 2016 yang menyentuh 9,59%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News