kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Laba tergencet aturan uang muka


Rabu, 27 Februari 2013 / 09:09 WIB
Laba tergencet aturan uang muka
ILUSTRASI. Obligasi Negara Ritel ORI020.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Kebijakan pembatasan uang muka atau down payment (DP) pembiayaan kendaraan bermotor terbukti berdampak negatif bagi kinerja perusahaan pembiayaan. Multifinance yang memiliki bisnis inti kredit sepeda motor harus rela mengalami pelambatan pertumbuhan laba. Alhasil, keuntungannya semakin mengecil.

Aturan minimum uang muka 25% menyebabkan perusahaan multifinance sulit memasarkan pembiayaan kredit sepeda motor, sehingga aliran pendapatan yang masuk kantong kian berkurang. Salah satunya PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Adira Finance hanya mengantongi laba bersih Rp 1,4 triliun pada tahun 2012 atau turun 6% dari tahun sebelumnya. Padahal, tahun 2011, labanya masih tumbuh 7,48%.

"Aturan DP, kebijakan fidusia, hingga melemahnya harga komoditas menjadikan daya beli masyarakat berkurang," kata Willy S. Dharma, Direktur Utama Adira Finance, saat paparan kinerja perusahaan, Selasa lalu (26/2).

Terbukti, nilai pembiayaan sepeda motor di Adira Finance turun 5% menjadi Rp 19,4 triliun dari Rp 20,4 triliun. Untung saja, perusahaan ini masih bisa menggenjot pembiayaan mobil, yang tumbuh 8% menjadi Rp 13,2 triliun.

PT Federal International Finance Tbk (FIF), yang terkenal dengan kredit sepeda motor merek Honda, hanya meraup laba Rp 1,15 triliun pada 2012 atau naik tipis 2,68% dari 2011 yang sebesar Rp 1,12 triliun. "Meski ada pembatasan DP, kalau collection (pengumpulan kredit) bagus, tak jadi soal," kata Suhartono, Direktur Utama FIF.

Tertekan NPL

Sedangkan PT Wahana Otto Multiartha Tbk (WOM Finance) berhasil mencetak pertumbuhan laba 40% pada tahun lalu menjadi Rp 7,62 miliar. Tapi, pertumbuhan tersebut belum mencerminkan kinerja yang apik.

Soalnya, kinerja WOM pada tahun 2011 memang anjlok lantaran tumpukan kredit macet. Berdasarkan laporan keuangannya, WOM Finance memiliki aset Rp 3,9  triliun pada tahun 2011, tapi labanya hanya Rp 5,39 miliar. Artinya, perbandingan laba terhadap aset hanya 0,14%. Bandingkan dengan Adira Finance dan FIF yang memiliki rasio masing-masing 12,64% dan 6,2%.

Tahun ini, rasio laba terhadap aset WOM Finance juga tetap rendah, yaitu 0,23%. Anak usaha Bank International Indonesia (BII) ini memiliki aset Rp 3,35 triliun, atau turun dari 2011 yang sebesar Rp 3,91 triliun.

Rendahnya rasio tersebut karena bisnis WOM Finance masih terhambat kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan  (NPL) per akhir 2012 sebesar 2,8%, lebih bagus dari tahun 2011 yang mencapai 3,8%. "Portofolio kami lebih baik dari tahun sebelumnya," kata Djaja S. Sutandar, Direktur Utama WOM Finance.

Djaja bilang, perusahaannya terus melakukan restrukturisasi untuk memperkecil kredit macet. Sembari itu, mereka menghemat biaya operasional. Hasilnya, beban WOM Finance turun 3% menjadi Rp 1,5 triliun di tahun lalu.

Tahun ini, perusahaan multifinance ini meyakini bisnisnya bakal bangkit. Soalnya, nasabah sudah bisa menyesuaikan aturan DP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×