kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju bisnis batubara belum menyedot minat bankir


Kamis, 13 Oktober 2016 / 10:30 WIB
Laju bisnis batubara belum menyedot minat bankir


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Beberapa bankir masih belum memutuskan untuk menambah eksposure pembiayaan batubara pada tahun depan. Hal ini disebabkan karena bank masih melihat bagaimana tren harga batubara pada kuartal 4 dan pada tahun depan.

Beberapa bank besar masih akan melakukan review terhadap portofolio bisnis batubara. Hal ini untuk mengetahui dampak positif cashflow yaitu kemampuan membayar debitur.

Seperti diketahui, harga batubara acuan (HBA) Kementerian ESDM Oktober 2016 tercatat sebesar US$ 69,07 per ton atau naik dari bulan September 2016 US$ 63,93 per ton. Tercatat dari awal tahun sampai saat ini, harga batubara acuan telah mengalami kenaikan sebesar 30%.

Analis Industri LPS Ahmad Subhan mengatakan sampai akhir tahun masih ada potensi kenaikan harga batubara dipicu penurunan produksi China dan tingginya permintaan di musim dingin.

Herry Sidharta Direktur Korporasi PT Bank Negara Indonesia Tbk mengatakan secara umum memang terlihat pergerakan di bisnis batubara dan pendukungnya. “Kami masih akan memperhatikan sampai sejauh mana kenaikan harganya,” ujar Herry kepada KONTAN, Rabu (12/10).

Direktur Wholesale Banking PT Bank Permata Tbk, Anita Siswadi mengatakan dengan kenaikan harga batubara akan memberikan angin segar bagi para pemain di Industri batubara.

“Di Bank Permata, eksposure terkait industri batubara ini termasuk pendukungnya berkisar antara 3% dari total kredit bank,” ujar Anita kepada KONTAN, Rabu (12/10).

PT Bank Bukopin Tbk mengingatkan, kenaikan harga batubara ini tidak berarti seluruh harga industri terkait akan bergerak naik. “Sebelum memberikan tambahan eksposure, kami harus cermati dulu harganya apakah stabil seperti dulu,” ujar Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin kepada KONTAN, Rabu (12/10).

Walaupun beberapa bankir sepakat akan melakukan review terhadap bisnis batubara, namun hal ini tidak serta merta membuat bank akanmemutuskan menambah pembiayaan di sektor ini tahun depan.

Bank Permata misalnya. Anita mengatakan sebelum menambah eksposure ke batubara, bank harus melihat rasio NPL di sektor ini. Pada kuartal 4 2016, Bank Permata berusaha akan menjaga NPL sektor korproasi.

Hal ini dilakukan dengan melihat cashflow dari debitur terkait batubara dan beberpa industri pendukungnya. Anita mengatakan harga batubara pada kuartal 4 2016 ini akan dijadikan acuan untuk penentuan harga penawaran ke PLN tahun depan.

Sehingga menurut Anita, jika harga kuartal 4 2016 bertahan maka diharapkan cash flow debitur diperkirakan akan membaik sehingga diharapkan bisa lebih bertahan kedepannya.

BNI mengaku belum akan menambah debitur terkait dengan kenaikan harga batubara ini. Sebagai info, debitur BNI untuk bisnis batubara ini adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Untuk industri pendukungnya sebagian besar adalah untuk pengangkutan PLN.

PT Bank Central Asia Tbk juga memastikan tidak akan menambah eksposure ke batubara. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA mengatakan sejak dulu bank berkode emiten BBCA ini tidak tertarik dengan kredit pertambangan. “Bahkan ketika saat booming tahun 2011 sampai 2014, tetap saja eksposure ke sektor ini terbatas dan sedikit sekali,” ujar Jahja kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×