kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.316   -61,00   -0,37%
  • IDX 7.193   25,99   0,36%
  • KOMPAS100 1.048   2,85   0,27%
  • LQ45 816   0,90   0,11%
  • ISSI 225   0,98   0,44%
  • IDX30 426   0,00   0,00%
  • IDXHIDIV20 505   -0,22   -0,04%
  • IDX80 118   0,12   0,11%
  • IDXV30 120   0,38   0,32%
  • IDXQ30 139   -0,04   -0,03%

Layanan private banking masih potensial


Jumat, 28 November 2014 / 19:15 WIB
Layanan private banking masih potensial
ILUSTRASI. Ini 5 Penyebab Kencing Berbusa dan Cara Mengobati Kondisi Urin Tak Wajar


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Harris Hadinata

JAKARTA. Melesatnya jumlah high net worth individual (HNWI) di Indonesia mendorong bisnis wealth management dan private banking di Indonesia. Tingginya potensi kedua lini bisnis ini terlihat dari tingginya nasabah prioritas, jika dihitung berdasarkan dana simpanan nasabah yang berada di atas Rp 500 juta.

Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya E. Siregar menyebutkan, berdasarkan data yang ada, jumlah nasabah prioritas di Indonesia mencapai 800.000 nasabah. Di beberapa bank besar, jumlah nasabah wealth management terus meningkat setiap tahun. Hal ini sesuai penelitian Boston Consulting, yang memperkirakan setiap tahunnya ada sebanyak 8 juta-9 juta masyarakat Indonesia yang masuk golongan masyarakat kelas menengah atas.

Namun, perkembangan industri wealth management dan private banking ini masih terganjal beberapa tantangan domestik. Pertama, kata Mulya, masih belum seimbangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) wealth management dan private banking dibandingkan dengan pertumbuhan HNWI. "Peningkatan pengetahuan SDM juga perlu diperhatikan. Dalam mengantisipasi hal itu, perlu peningkatan wealth manager yang berkompetensi. Rendahnya pelayanan wealth management juga bisa membuat bank terkena risiko operasional dan reputasi," ucap Mulya.

Tantangan kedua, adalah pengembangan produk dan jasa bisnis wealth management dan private banking. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi Indonesia, terlebih dengan diimplementasikannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 31 Desember 2015. "Oleh karena itu, perlu pengembangan produk dan jasa yang sesuai dengan bank. OJK sebagai regulator terus melakukan langkah kajian dan penyusunan aturan mendukung wealth management dan meningkatkan proteksi nasabah. OJK telah menerbitkan surat edaran terkait implementasi managemen risiko untuk layanan nasabah prima," jelas Mulya.

Aturan yang diterbitkan OJK ini, meminta bank membuat SOP terkait kriteria nasabah HNWI serta produk dan jasa, serta brand name. Peraturan ini, kata Mulya, juga akan mengatur bank untuk mempersiapkan infrastruktur, ketersedian SDM dan prosedur pengawasan internal untuk semua aktivitas bagi nasabah tajir.

Selain itu, OJK juga meminta bank mengimplementasikan transparansi dan proteksi kepada nasabah. Antara lain, bank harus menjelaskan produk wealth management dan private banking, serta memiliki laporan konfirmasi yang harus disampaikan kepada nasabah.

Direktur Konsumer PT Bank Central Asia (BCA) Henry Koenafi mengungkapkan, pertumbuhan nasabah prioritas dengan simpanan di atas Rp 500 juta sampai dengan akhir tahun diperkirakan tumbuh sebesar 10% dibandingkan dengan akhir tahun 2013.

Henry menyebutkan, nasabah prioritas yang ada di bank dengan kode saham BBCA mencapai 130.000 nasabah. Meski begitu, tahun 2015 mendatang, bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini hanya menargetkan pertumbuhan nasabah prioritas sebesar 5%. "Kalau sudah tumbuh, perlu slow down untuk tingkatkan layanan dan sebagainya," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×