Reporter: Roy Franedya | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Para pelaku industri asuransi mulai serius melirik bisnis asuransi kredit. Bisnis proteksi atas risiko kegagalan debitur melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai itu dipandang sebagai alternatif perusahaan asuransi mengerek laba tahun depan.
Potensi ini terlihat dari kucuran kredit yang terus membesar. Menurut data Bank Indonesia (BI) per September 2010, pertumbuhan kredit perbankan Indonesia sebesar 21,2% menjadi Rp 1.694,45 triliun (yoy). Tahun ini BI memprediksi, pertumbuhan kredit perbankan minimal 23%.
Perusahaan asuransi yang sudah berancang-ancang ekspansi ke sektor asuransi kredit adalah Jasindo. Perusahaan pelat merah ini yakin, tahun depan bank kian jorjoran. "Tentu saja bank membutuhkan perlindungan asuransi agar terhindar dari kredit macet," ungkap Eko Budiwiyono, Direktur Utama Jasindo, Kamis (25/11).
Alasan lain, premi asuransi kredit masih lumayan tinggi, sementara klaimnya kecil. Lirik saja data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Di tahun 2009 klaim asuransi kredit dan penjaminan sebesar 1,79%, sementara preminya sebesar 22,22%. Pada 2009, total klaim bruto asuransi kerugian mencapai Rp 11,09 triliun, sementara premi bruto asuransi kerugian Rp 23,14 triliun.
Sepanjang tahun ini, Jasindo menargetkan bisa menggaet premi asuransi kredit sebesar Rp 400 miliar ini. Sampai September 2010, target tersebut baru tercapai 75%.
Perhatikan NPL
Direktur Pelaksana Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) Agus Muharam juga melihat bisnis asuransi kredit sangat menjanjikan. Per September 2010, premi asuransi kredit di Marein mencapai 30% dari total pendapatan premi sebesar Rp 408 miliar. "Kredit perbankan membutuhkan proteksi dan ini hanya mampu diberikan oleh asuransi. Ini sangat menjanjikan," tambahnya.
Kebijakan BI yang mengaitkan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan loan to deposit ratio (LDR) membuat bank gencar mengucurkan kredit, sekaligus berhati-hati. Kebijakan ini menguntungkan karena banyak bank yang memproteksi dengan penyaluran kredit dan asuransi.
Pertumbuhan Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) juga terbilang tinggi. Pada Mei 2010, premi asuransi kredit sudah setara dengan premi asuransi kredit 2009. "Kini target asuransi kredit kami sudah tercapai," kata Kepala Divisi Asuransi Kredit ASEI Anna Lukman.
Dalam memasarkan asuransi kredit, ASEI berkerjasama dengan beberapa bank umum dan bank pembangunan daerah (BPD). ASEI menawarkan asuransi kredit kepada semua jenis kredit di bank selain kredit usaha rakyat (KUR).
Maklum, KUR telah dijamin Askrindo dan Jamkrindo. "Saat ini asuransi kredit memberikan kontribusi tertinggi pada laba bersih perusahaan," kata Anna.
Agar terhindar dari risiko, perusahaan asuransi harus mencermati tingkat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dan manajemen risiko kredit bank. Sejauh ini, cara ini telah membantu ASEI terhindar dari klaim berjumlah besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News